Friday, October 2, 2009

KASUS PERSALINAN DENGAN VACUUM EXTRACTION

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Dagang
Agama : Islam
Alamat : Watumalang, Wonosobo
Masuk RS : 13 Juni 2008, pukul 11.20

II. ANAMNESA
1. Keluhan utama : ibu tidak kuat mengejan dalam persalinan
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RS Wonosobo dengan diantar bidan dengan keterangan G3P2A0 multigravida hamil aterm dalam persalinan kala 2 lama dengan udem labia mayor kanan. Pasien merasa hamil 9 bulan, kenceng-kenceng teratur dirasakan sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit, air kawah sudah keluar (ngepyok) sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit, lendir darah sudah keluar sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien sudah merasa lemas tidak ada tenaga, sudah dipimpin mengejan sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit oleh bidan.
Riwayat obstetri :
I. Anak ♀, umur 12 tahun, lahir dengan VE di RS, BBL 3100 gram, sehat.
II. Anak ♂, umur 5,5 tahun, lahir spontan di bidan, BBL 3200 gram, sehat.
III. Hamil ini
HPMT : 8 September 2007
HPL : 15 Juni 2008
UK : 39 minggu 5 hari
Mual muntah : tidak ada, hanya saat awal-awal kehamilan
Sesak nafas : tidak ada

Riwayat pernikahan :
Menikah 14 tahun yang lalu

Riwayat menstruasi :
Menarche umur 14 tahun, teratur tiap bulan 1x, durasi 5 hari, tidak ada dismenorrhea
Riwayat leukhorea :
Jarang, warna putih jernih, tidak bau, tidak gatal, sedikit

Riwayat ANC :
Teratur tiap bulan di bidan

Riwayat KB :
KB suntik 3 bulan setelah anak kedua umur 1 tahun, berhenti sejak 3 tahun yang lalu

Riwayat penyakit :
Asma, hipertensi, DM, jantung disangkal pasien.

5. Riwayat Penyakit Keluarga
Disangkal pasien

6. Anamnesis Sistem:
 Sistem serebrospinal : pasien sadar dan berorientasi penuh, tidak demam, tidak pusing
 Sistem respiratorius : tidak batuk, tidak sesak nafas
 Sistem kardiovaskular : tidak berdebar-debar, tidak nyeri dada, tidak sesak nafas
 Sistem gastrointestinal : tidak anoreksia, tidak mual, tidak muntah, bab normal lancar.
 Sistem muskuloskeletal : gerakan bebas, ada nyeri otot di punggung, pegal di punggung, tidak ada patah tulang
 Sistem obstetri : pasien merasa hamil 9 bulan, kenceng-kenceng teratur dirasakan sejak 8 jam SMRS, air kawah sudah keluar (ngepyok) sejak 2 jam SMRS, lendir darah sudah keluar sejak 5 jam SMRS. Pasien merasa lemas tidak ada tenaga, sudah dipimpin mengejan sejak 2 jam SMRS oleh bidan.

III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
1. Keadaan Umum : Composmentis, lemah
2. Vital sign : T : 100/60 mmHg
R : 20 x/menit, teratur
N : 100 x/menit, teratur
S : 36,8C

3. Kepala :Mesocephal, simetris, tidak ada deformitas, rambut hitam distribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak rontok, tidak nyeri tekan, tidak oedem facial
4. Pemeriksaan Mata: Palpebra tidak edema, Conjunctiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik, pupil reflek cahaya +, isokor Ø 2 mm
5. Pemeriksaan Telinga: tidak ada otore, tidak ada deformitas
6. Pemeriksaan Hidung: Nafas cuping hidung tidak ada, tidak ada deformitas, tidak ada rinore/ discharge.
7. Pemeriksaan Mulut: Bibir tidak sianosis, Bibir tidak kering, Lidah tidak kotor, gigi ada yang berlubang, tidak karies, tidak ada stomatitis, Faring tidak hiperemis, Tonsil tidak membesar.
8. Pemeriksaan Collum : tidak ada deviasi trakhea, Kelenjar Thyroid tidak membesar, Lnn tidak membesar, JVP tidak ↑
9. Pemeriksaan Thorax :
Cor
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba tidak kuat angkat di SIC V linea mid clavicula sin

 Perkusi :
 Kanan atas : SIC IV linea mid clavicula sinistra
 Kiri atas : SIC IV parasternalis sinistra

 Auskultasi : BJ I lebih keras daripada II, reguler, tidak ada gallop, tidak ada bising

Pulmo
 Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi, tidak nampak ada ketinggalan gerak nafas
 Palpasi : tidak ada ketinggalan gerak, fremitus suara D = S.
 Perkusi : sonor seluruh lapang paru kanan dan kiri
 Auskultasi : SD vesikuler, tidak ada ST

10. Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi : cembung (membuncit sesuai umur kehamilan), tidak terlihat darm steifung, tidak terlihat darm contour, tidak ada sikatrik, terlihat striae gravidarum.
 Auskultasi : peristaltik (+) normal
 Palpasi : supel, tidak ada nyeri tekan di seluruh lapang perut, hepar teraba 2 jari bac dextra, tepi tumpul konsistensi lunak, lien tak teraba
 Perkusi : tymphani, tidak asites, pemeriksaan shifting dullness (-)

11. Pemeriksaan Costovertebrae
Inspeksi : tidak ada deformitas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak ada nyeri ketok

12. Pemeriksaan Extremitas :
 Superior : tidak ada deformitas, tidak sianosis, tidak pucat, tidak edema
 Inferior : tidak ada deformitas, tidak sianosis, tidak pucat, tidak edema






13. Pemeriksaan Obstetrik :
KU: lemah, composmentis
Inspeksi :
Mata : conjunctiva tidak anemis
Thorax : hiperpigmentasi papillae dan areola mammae, papilla mammae menonjol. Kelenjar mammae membesar
Abdomen : terlihat striae gravidarum
Ekstremitas : tidak ada oedem
Palpasi abdomen:
Leopold I : TFU 32 cm, pada fundus teraba bagian lunak
Leopold II : teraba janin tunggal, letak memanjang, puka (punggung janin di kanan, bagian kecil di sebelah kiri), HIS (+) 2-3x/ 35-40/ kuat
Leopold III : bagian terbawah janin teraba bulat dan keras, kesan masuk panggul
Leopold IV : bagian terbawah janin teraba 1/5 bagian
Kesimpulan: janin tunggal, letak memanjang, puka, preskep, kepala teraba 1/5 bagian, HIS (+) 2-3x/ 35-40/ kuat, DJJ (+) 144x/menit/teratur, TBJ 3255 gram

Pemeriksaan Dalam:
Tampak vulva hematom dan laserasi di labia mayor, dinding vagina licin, serviks tipis, Ф lengkap, selket (-), kepala ↓ H3-4, promontorium tak teraba, STLD (+), AK (+).

Pemeriksaan penunjang laboratorium
WBC : 16,92 + 103/µl ↑
LYM : 0,85 – 103/µl ↓
MID : 0,71 + 103/ µl ↑
GRA : 15,35 + 103/µl ↑
LY% : 5,0 - % ↓
MI% : 4,2 %
GR% : 90,7 + % ↑
RBC : 4,93 106/µl
HGB : 12,1 g/dl
HCT : 39,68 %
MCV : 81 fl
MCH : 24,6 – pg ↓
MCHC : 30,6 g/dl
RDWc : 17,7 %
PLT : 289 103/µl
PCT : 0,26 %
MPV : 9,0 fl
PDWc : 37,2 %
HbsAg : -
HIV : -
Hb ulangan : 11,6

Pukul 11.30
Diagnosa:
Kala II lama dengan oedem vulva

Prognosis
Bagi ibu  dengan dilakukan VE baik
Bagi janin  dengan dilakukan VE baik

Terapi:
Vacuum extraction
Informed consent keluarga  acc

Pukul 11.45
Bayi lahir secara vacuum extraction, sekali pasang, satu kali tarikan sedang, ♀ 3300 gram, 48 cm, AS 6/8
Injeksi Oxytocin 5 IU IM

Pukul 11.50
Plasenta lahir spontan, kesan lengkap. Ukuran 20x20x2 cm3, berat 500 gram, PTP : 50 cm, insersi paracentralis
Injeksi methergin 0,2 mg IM

Diagnosa :
Post partus VE atas indikasi kala II lama oleh karena hejan ibu tidak adequat, dengan oedem vulva P3A0H0


Terapi:
Amoxicillin 3x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Viliron 1x1 tablet
Pasang DC
Pasang tampon pada laserasi di labia mayora selama 24 jam
Awasi perdarahan dari laserasi

Tanggal 14 Juni 2008, pukul 11.00
Diagnosa : post partus VE atas indikasi kala II lama oleh karena hejan ibu tidak adequat, dengan oedem vulva P3A0H1
Keluhan : tidak ada
KU : baik, sadar, tidak anemis
Vital sign : TD 110/80, N 80x, R 20x, t afebris
Palpasi abd : supel, nyeri tekan (-)
TFU : 2 jari bawah pusat
Lokhea : rubra, perdarahan volume normal
ASI/ laktasi : +/+
BAB/BAK : +/ terpasang catheter
Terapi:
aff tampon
Amoxicillin 3x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Viliron 1x1 tablet
Aff DC dan Blast training besok

Tanggal 15 Juni 2008, 08.00
Diagnosa : post partusVE atas indikasi hejan ibu tidak adequat, dengan oedem vulva P3A0H2
Keluhan : tidak ada
KU : baik, sadar, tidak anemis
Vital sign : TD 100/80, N 80x, R 20x, t afebris
Palpasi abd : supel, nyeri tekan (-)
TFU : 2 jari bawah pusat
Lokhea : rubra, perdarahan volume normal
ASI/ laktasi : +/+
BAB/BAK : +/ + lancar
Terapi:
Amoxicillin 3x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Viliron 1x1 tablet
Blast training

Tanggal 16 Juni 2008, 06.00
Diagnosa : post partusVE atas indikasi hejan ibu tidak adequat, dengan oedem vulva P3A0H3
Keluhan : tidak ada
KU : baik, sadar, tidak anemis
Vital sign : TD 100/80, N 80x, R 20x, t afebris
Palpasi abd : supel, nyeri tekan (-)
TFU : 2 jari bawah pusat
Lokhea : rubra, perdarahan volume normal
ASI/ laktasi : +/+
BAB/BAK : +/ + lancar
Terapi:
Amoxicillin 3x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Viliron 1x1 tablet
BLPL






TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Vacuum extraction adalah suatu tindakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga (vakum) pada kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventous.
Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetric yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi. Oleh karena itu, kerjasama dan kemampuan ibu untuk mengekspresikan bayinya merupakan factor yang sangat penting dalam menghasilkan akumulasi tenaga dorongan dengan tarikan ke arah yang sama.
Tarikan pada kulit kepala bayi dilakukan dengan membuat cengkraman yang dihasilkan dari aplikasi tekanan negative. Mangkuk logam atau silastik akan memegang kulit kepala yang akibat tekanan vakum, menjadi kaput artificial. Mangkuk dihubungkan dengan tuas penarik (yang dipegang oleh penolong persalinan) melalui seutas rantai. Ada 3 gaya yang bekerja pada prosedur ini, yaitu tekanan intrauterin (oleh kontraksi), tekanan ekspresi eksternal (tenaga mengejan) dan gaya tarik (ekstraksi vakum).

B. INDIKASI
Indikasi dilakukannya ekstraksi vakum bisa karena indikasi ibu dan janin.
a. Indikasi janin
Janin yang dicurigai memerlukan persalinan segera misalnya pada fetal distres (masih kontroversi)
b. Indikasi Ibu
Kala II lama/ kala II tak maju
Keadaan ibu dengan kontraindikasi meneran misalnya pada PEB dan eklampsia
Kondisi yang memerlukan kala II diperpendek, misalnya pada penyakit jantung kompensata grade III-IV, penyakit paru fibrotik, TBC, riwayat seksio secarea sebelumnya.
Kelelahan ibu

Pada umumnya kala II lama dengan presentasi belakang kepala merupakan indikasi untuk melakukan vakuum extraction berhubung dengan meningkatnya bahaya bagi ibu dan janin. Dalam hubungan ini, pengawasan khususnya terhadap janin harus dilakukan dengan teliti.
Apabila HIS cukup kuat dan persalinan belum selesai setelah kala II lamanya pada seorang primigravida 1,5-2 jam dan 0,5 jam pada seorang multipara, sebaiknya pada presentasi belakang kepala dengan kepala janin di dasar panggul, persalinan diselesaikan. Pada umumnya dalam hal ini ubun-ubun kecil sudah di depan.

C. KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi dilakukannya vacuum extraction dapat diklasifikasikan menjadi kontraindikasi absolut dan relatif.
a. Kontraindikasi absolut
Bukan presentasi puncak kepala (presentasi muka atau dahi)
Kepala belum masuk PAP
Pembukaan servix belum lengkap
Ada bukti klinis adanya DKP
Ruptur uteri membakat (ruptur uteri imminens)
Fetal distres terus menerus pada auskultasi

b. Kontraindikasi relatif
Janin prematur/ TBJ <2500 gram
Letak di panggul tengah
Sikap bayi yang sulit, misal presbo

D. SYARAT
Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan vacuum extraction antara lain:
Janin hidup
Presentasi vertex/ presbelkep, janin aterm >2500 gram
Kepala sudah masuk PAP (kepala di Hodge 3-4, atau teraba 1/5-2/5)
Kepala janin sudah mengalami engagement
Panggul ibu adekuat secara klinis
Analgesia yang sesuai
Pembukaan lengkap dan ketuban sudah pecah atau sudah dipecah
Kontraksi masih baik
Ibu kooperatif dan mau mengejan
Kandung kencing ibu kosong
Operator berpengalaman-kompeten
Rencana pendukung apabila vakum gagal  SC

Untuk menentukan pembukaan lengkap, pemeriksaan harus dilakukan dengan teliti. Vacuum extraction hanya digunakan pada presentasi belakang kepala. Dalam keadaan darurat, ada kelonggaran mengenai syarat pembukaan lengkap. Dalam keadaan terpaksa, ekstraksi dengan vacuum extraction dapat dilakukan pada pembukaan yang belum lengkap tetapi sedikitnya 7 cm.
Ekstraktor vakum masih boleh digunakan, apabila pada presentasi belakang kepala janin sudah sampai Hodge II tetapi belum sampai Hodge III, asal tidak ada DKP.
Kriteria Vacuum Mnemonic
A ANESTHESIA
ASSISTANCE Pereda nyeri yang adekuat
Neonatal support
B BLADDER Kandung kencing dikosongkan
C CERVIX Dilatasi penuh
Ruptur of membran (ketuban pecah)
D DETERMINE Posisi, station, dan kecukupan ukuran panggul
Pinggirkan kemungkinan distosia bahu
E EQUIPMENT Lihat pada cup vacuum, pompanya, pipanya dan cek tekanannya
F FONTANELLE Posisi cup di atas fontanella posterior
Usapkan jari di sekitar cup untuk membersihkan jaringan maternal
G GENTLE TRACTION Sebagai permulaan tekan hingga 100 mmHg diantara kontraksi
Hanya boleh narik saat ada kontraksi
Saat timbul kontraksi naikkan tekanan hingga 600 mmHg, anjurkan ibu untuk melakukan usaha mengejan dengan bagus, traksi pada axis jalan lahir
H HALT Tidak ada kemajuan dengan 3 traksi
Vacuum lepas 3x
Tidak ada kemajuan yang signifikan setelah 30 menit dilakukan persalinan pervaginam
I INCISSION Episiotomi jika terjadi laserasi yang mengancam
J JAW Lepaskan vacuum ketika jepitan sudah tergapai atau yakin kalau kepala sudah lahir


E. ALAT VACUUM EXTRACTION
a. Sejenis mangkok dari logam yang agak mendatar dalam berbagai ukuran (diameter 30-60 mm) dengan lubang di tengah-tengahnya.
b. Pipa karet yang pada ujung satu dihubungkan dengan mangkok dan pada ujung yang lain dengan suatu alat penarik dari logam.
c. Rantai dari logam yang berhubungan dengan alat bundar dan datar, alat tersebut dimasukkan ke dalam rongga mangkok sehingga dapat menutup lubangnya, selanjutnya rantai dimasukkan ke dalam pipa karet dan setelah ditarik kuat dikaitkan kepada alat penarik.
d. Pipa karet yang pada ujung yang satu dihubungkan dengan alat penarik dan pada ujung yang lain dengan botol penampung cairan yang terisap (lendir, darah, air ketuban dan sebagainya).
e. Manometer dan pompa tangan untuk mengisap udara, yang berhubungan dengan botol penampung dan menyelenggarakan vakum antara mangkok dan kepala janin.

F. PEMASANGAN VACUUM EXTRACTION
Pasien dalam posisi lithotomi. Vulva dan sekitarnya dibersihkan dengan kapas sublimat atau kapas lisol dan kemudian dengan tinctura iodin 2%. Kandung kencing dan rectum harus kosong.
Dilakukan pemeriksaan dalam sekali lagi dengan teliti dengan perhatian khusus pada pembukaan, sifat serviks dan vagina, turunnya kepala janin dan posisinya. Anestesi blok pudendus jika perlu, dilakukan.
Dipilih mangkok yang akan dipakai. Mangkok dicelup dalam air sabun steril atau dibasahi seluruhnya dengan spiritus–sabun ( jangan menggunakan minyak karena licin dan mudah lepas), lalu dimasukkan ke dalam vagina. Mula-mula mangkok dalam posisi agak miring (tidak menghadap vulva) dimasukkan ke dalam introitus vagina sambil menekan komisura posterior ke belakang dan kemudian diselipkan ke dalam vagina. Kemudian mangkok diputar, sehingga menghadap ke kepala janin.
Dalam presentasi belakang kepala mangkok dipasang pada oksiput atau sedekat-dekatnya. Apabila oksiput tidak jelas letaknya atau presentasi lain, maka mangkok dipasang dekat pada sakrum ibu, terlebih bila kepala masih tinggi. Letak mangkok pda kepala harus sedemikian rupa sehingga arah tarikan nantinya tegak lurus dengan mangkok. Kemudian dengan satu atau dua jari diperiksa di sekitar mangkok apakah ada jaringan serviks atau vagina terjepit. Apabila ada jaringan terjepit, maka harus segera dilepaskan dari jepitan.
Oleh asisten, udara dari pompa dikeluarkan sehingga tercapai tekanan negatif dalam botol, pipa-pipa dan mangkok. Kulit kepala janin disedot ke dalam mangkok dan mangkok melekat pada kepala. Supaya mangkok melekat dengan benar, mangkok harus diisi penuh dengan kulit dan jaringan bawah kulit secara perlahan-lahan. Dengan pompa lekatan erat dicapai dengan meningkatkan tekanan negatif dalam 3 tahap. Mula-mula dipompa sampai minus 0,2 kg/ cm2 kemudian ditunggu 2 menit lagi, lalu dipompa sampai minus 0,4 kg/ cm2 kemudian ditunggu 2 menit lagi. Akhirnya dipompa sampai minus 0,6 kg/ cm2. biasanya tekanan ini sudah cukup. Apabila perlu ditambah lagi sampai mu=inus 0,7 kg/ cm2 atau 0,8 kg/ cm2.
Setelah tekanan yang diinginkan tercapai masih ditunggu 2 menit lagi sebelum tarikan definitif dimulai bersama-sama dengan HIS sambil wanita disuruh meneran seperti pada pimpinan partus biasa dengan kedua lengan wanita merangkul dan menarik lipat lutut ke arah kepala ibu.
Adakalanya HIS sudah timbul sebelum tekanan yang dikehendaki tercapai. Dalam hal ini vacuum extraction sudah boleh ditarik secara hati-hati supaya mangkok jangan sampai lepas dan supaya kepala janin lebih turun. Apabila HIS hilang tarikan jangan dilepas sama sekali, akan tetapi tarikan ringan diteruskan secara kontinu supaya kepala tidak terlampau mundur. Dengan demikian pada HIS berikutnya ibu meneran lagi dan kepala sekarang maju dengan titik permulaan yang lebih rendah letaknya. Tarikan definitif dilakukan apabila sudah dicapai tekanan 0,6 atau 0,7 kg/cm2. Selama itu pemeriksaan dalam ulangan harus dilakukan beberapa kali, sedikitnya setiap kali setelah tekanan dinaikkan untuk memeriksa apakah ada jaringan terisap ke dalam mangkok. Lamanya tindakan sebaiknya tidak melebihi 30 menit, maksimum 40 menit. Ekstraksi yang terlampau lama dianggap berbahaya bagi anak.

G. GAYA TARIKAN PADA VACUUM EXTRACTION
Seperti telah dijelaskan di atas tarikan definitif pada vacuum extraction sinkron dengan HIS dan tenaga meneran. Di luar HIS, tarikan definitif tidak boleh dilakukan karena kurang efektif. Jadi tarikan pada vacuum extraction sifatnya berkala (intermiten). Dulu ekstraksi ini dipakai juga dengan tarikan kontinyu pada pembukaan kecil, misalnya 4 cm dengan mangkok nomor 3, untuk mempercepat pembukaan. Akan tetapi sekarang usaha ini tidak dilakukan lagi karena waktu tindakan terlampau lama dan dianggap berbahaya bagi anak. Arah tarikan harus sesuai dengan turunnya kepala (seperti pada cunam) dan tegak lurus dengan mangkok:
Kepala tinggi, arah tarikan ke dorsal
Kepala tengah, arah tarikan datar
Kepala di dasar panggul, arah taruikan ke atas/ ventral
Mula-mula tarikan dilakukan oleh tangan kanan pada pegangan yang berbentuk palang, sambil tangan kiri berusaha menahan mangkok supaya mangkok tidak mudah lepas dari kepala. 3 jari tangan kiri dimasukkan ke dalam vagina, ibu jari ditempatkan di pinggir mangkok bagian depan, jari telunjuk dan jari tengah di kepala anak, ventral dari mangkok. Apabila tangan kanan mengadakan ekstraksi, bersamaan ibu jari menekan mangkok bagian depan pada kepala. Jadi ada kerjasama (sinkronisasi) antara tangan kanan dan tangan kiri. Dalam pegangan 3 jari ini (Drei-fingergriff) mangkok tidak mudah lepas karena menurut pengalaman mangkok biasanya lepas di pinggir depan lebih dulu. Bagi orang yang banyak pengalaman dengan vacuum extraction jarang lepas sama sekali, karena sewaktu mangkok mulai mau lepas terdengar bunyi sedotan seperti bunyi peluit. Secara reflektoris tarikan segera dihentikan sehingga mangkok tidak jadi lepas. Dalam hal demikian jaringan lunak mudah tersedot ke dalam mangkok, sehingga perlu diperiksa dalam lagi.
Apabila kepala sudah hampir lahir, tangan kiri mengambil alih vacuum extraction dengan memegang pipa karetnya (bukan pegangannya) dekat pada vulva sambil pipa dililit-lilitkan pada jari-jari. Tangan kanan yang sekarang bebas menyokong dan melindungi perineum. Arah tarikan dengan tangan kiri itu adalah ke atas (ventral). Setelah seluruh kepala lahir, bahu dan badan anak dilahirkan seperti biasa. Kemudian ventil dilepas (sekrupnya dikendorkan) perlahan-lahan supaya udara masuk ke dalam botol dan tekanan negatifnya hilang. Mangkok dapat dilepaskan dari kepala anak. Apabila mangkok sukar lepas karena sangat erat hubungannya dengan kepala, maka pipa karet yang menghubungkan botol dengan pegangan dilepaskan lebih dahulu. Dengan ekstraktor vakum, lahirnya kepala dapat diusahakan perlahan-lahan seperti pada partus spontan. Karena itu perlukaan jalan lahir ringan. Pertimbangkan episiotomi menurut keadaan.

H. KRITERIA VACUUM EXTRACTION GAGAL
1. Waktu dilakukan traksi, mangkok lepas sebanyak 3 kali. Mangkok lepas pada waktu traksi kemungkinan disebabkan:
a. Tenaga vakum terlalu rendah
b. Tekanan negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput suksadenum yang sempurna yang mengisi seluruh mangkok
c. Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkok sehingga mangkok tidak dapat mencengkeram dengan baik
d. Bagian-bagian jalan lahir (vagina, serviks) ada yang terjepit ke dalam mangkok
e. Kedua tangan kiri dan kanan penolong tidak bekerja sama dengan baik
f. Traksi terlalu kuat
g. Cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran penghubung
h. Adanya DKP. Setiap mangkok lepas pada waktu traksi, harus selalu diteliti satu-persatu kemungkinan-kemungkinan di atas dan diusahakan melakukan koreksi.

2. Tiga kali tarikan, pada tiga kontraksi, tidak ada kemajuan
3. Dalam waktu setengah jam dilakukan traksi, janin tidak lahir.

I. KOMPLIKASI
Komplikasi vacuum extraction dapat berakibat pada ibu dan janin
1. Komplikasi pada ibu :
Perdarahan
Trauma jalan lahir
Infeksi

2. Komplikasi pada janin
Ekskoriasi kulit kepala
Sefalhematom
Subgaleal hematom. Hematom ini cepat diresorbsi tubuh janin. Bagi janin yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus neonatorum yang berat.
Nekrosis kulit kepala (scalp necrosis) yang dapat menimbulkan alopesia

J. KEUNGGULAN VACUUM EXTRACTION
Pemasangan mudah (mengurangi bahaya trauma dan infeksi)
Tanpa GA (anestesi umum)
Mangkok tidak menambah besar ukuran kepala yang harus melalui jalan lahir
Vacuum extraction dapat dipakai pada kepala yang masih tinggi dan pembukaan serviks belum lengkap
Trauma pada kepala janin lebih ringan

K. KERUGIAN VACUUM EXTRACTION
Persalinan janin memerlukan waktu yang lebih lama
Tenaga traksi tidak sekuat pada cunam. Sebenarnya hal ini dianggap sebagai keuntungan, karena kepala janin terlindung dari traksi dengan tenaga yang berlebihan
Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak terbuat dari karet dan harus selalu kedap udara









BAB III
PEMBAHASAN

Pada presentasi kasus ini dibahas tentang sebuah kasus mengenai suatu tindakan obstetri yaitu vacuum extraction pada multigravida dengan umur kehamilan aterm (39+5 minggu) atas indikasi kala II lama dengan disertai oedem vulva. Pada pasien ini didiagnosis kala II lama karena sudah dilakukan pimpinan persalinan di bidan selama 2 jam, tetapi belum berhasil, dikarenakan kekuatan hejan ibu tidak adekuat. Oedem vulva dapat terjadi dalam persalinan dengan disproporsi sefalopelvik atau apabila wanita mengejan terlampau lama sedang kepala belum cukup turun. Hal itu mempersulit pemeriksaan dalam dan menghambat kemajuan persalinan yang akhirnya dapat menimbulkan kerusakan luas pada jalan lahir.
Kondisi pasien secara umum baik, pasien tampak lemah karena kelelahan mengejan di bidan. HIS kuat dengan frekuensi 2-3x dengan durasi 30-40 detik. Keadaan janin baik dengan DJJ 144x/ menit/ teratur. Servik pembukaan lengkap 10 cm dan kepala sudah turun di Hodge 3-4.
Pada kasus ini yang menjadi masalah adalah adanya oedem vulva yang diperkirakan menghambat kemajuan persalinan. Untuk memperkecil kerusakan luas pada jalan lahir dan mempercepat persalinan, diputuskan untuk dilakukan vacuum extraction tanpa episiotomi. Keadaan ibu yang lemah, bukan berarti ibu tidak mempunyai tenaga sama sekali, dengan motivasi dari operator diharapkan dapat memperkuat hejan ibu yang sebelumnya tidak adekuat. Bagaimanapun juga kekuatan hejan ibu masih dibutuhkan, sedangkan alat vacuum extarction membantu untuk mempercepat pelahiran, bukan sebagai penarik utama. Untuk dilakukan vacuum extraction tidak ada kontraindikasi, pasien tidak DKP, tidak ada malpresentasi, dan janin aterm.
Syarat-syarat untuk dilakukan vacuum juga terpenuhi, diantaranya janin hidup, presentasi vertex/ taksiran berat janin 3255 gram, kepala sudah masuk panggu (di hodge 3-4), panggul ibu adekuat, pembukaan lengkap, ketuban sudah pecah, kontraksi baik dan ibu masih mampu mengejan.
Setelah dilakukan ekstraksi vakum 1 kali pasang 1 tarikan sedang, ♀ 3300 gram, 48 cm, AS 6/8. Plasenta lahir spontan, kesan lengkap. Ukuran 20x20x2 cm3, berat 500 gram, PTP : 50 cm, insersi paracentralis. Setelah plasenta lahir, masih terlihat adanya perdarahan, perdarahan ditemukan berasal dari robekan di vulva karena pecahnya oedem saat persalinan. Bekuan-bekuan darah dibersihkan kemudian diputuskan tidak dilakukan hecting untuk meminimalisasi manipulasi, dan diberikan tampon dari tempat robekan dan ditutup perban.
Umumnya partus lama, yang kemudian diakhiri dengan VE dapat mengakibatkan hal-hal yang demikian sampai terjadi retensio urine. Sehingga dilakukan pemasangan dauer catheter untuk memberi istirahat pada otot-otot kandung kencing. Dengan demikian, jika ada kerusakan-kerusakan pada otot-otot kandung, otot-otot cepat pulih kembali sehingga fungsinya cepat kembali. Pasien tetap dilakukan pengawasan dalam 24 jam, apakah terus terjadi perdarahan dan dengan tampon, perdarahan tidak masive. Setelah 24 jam kemudian tampon dilepas dan aff catheter keesokan harinya untuk dilakukan blast training. Fungsi miksi baik dan keesokan harinya pasien diijinkan pulang.
























DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F. G., Gant N.F., Leveno K. J., Gilstrap L. C., Hauth J. C., Wenstrom K. D., 2006. Obstetri William Edisi 21. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
2. Wiknjosastro, H, Saifuddin A. B., Rachimhadhi, T. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bagian Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
3. Pope, C. S. 2006. Vacuum Extraction. E Medicine.
4. Norwitz, E. R. 2001. Obstetric and Gynecologic at a Glance. Osney Mead, Oxford. USA.
5. Evans, A. T. Messer, R. H. 2007. Manual of Obstetrics, 7th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Texas.

No comments:

Post a Comment