Thursday, October 1, 2009

PRESUS IKK (KEDOKTERAN KELUARGA) ANEMIA PADA PRIMIGRAVIDA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan Nasional oleh karena keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata mata ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kesehatan saja melainkan juga dipengaruhi oleh kebijakan, perencanaan di berbagai sektor pembangunan lainnya.1
Puskesmas adalah pusat kesehatan masyarakat yang bertempat di kecamatan-kecamatan dimaksudkan sebagai pengganti keberadaan rumah sakit dan klinik-klinik kesehatan yang bertanggung jawab atas kesehatan rakyat. 1
Puskesmas adalah juga instansi pemerintah yang wajib bertanggung jawab atas kesejahteraan kesehatan masyarakat terutama ibu dan anak di setiap kecamatannya, terlebih lagi pada daerah-daerah pedalaman yang sulit untuk menjangkau rumah sakit dikarenakan akses terhadap infrastruktur desa yang masih sangat kurang. 1
Fungsi puskesmas menurut keputusan menteri kesehatan republik Indonesia No.128/MENKES/SK/II/2004, adalah sebagai pusat penggerakan pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama. 1
Puskesmas Wirobrajan adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan, yang dimaksud unit pelaksanaan Teknis Dinas Kesehatan adalah yang melaksanakan tugas teknis operasional di wilayah kerja Puskesmas sebagai unit pelaksana tingkat pertama pembangunan kesehatan di indonesia. 1
Di kecamatan Wirobrajan terdapat satu Puskesmas yaitu Puskesmas Wirobrajan dengan Puskesmas Pembantu Tegalmulyo. Puskesmas Wirobrajan terletak di kota Yogyakarta dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara : Kecamatan Tegalrejo
Sebelah Timur : Kecamatan Ngampilan dan Mantrijeron
Sebelah Selatan : Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul
Sebelah Barat : Kecamatan Kasihan Kabupaten Bnatul
Luas Wilayah Kecamatan Wirobrajan 1,78 km2 dengan pembagian kelurahan menjadi 3 kelurahan terdiri dari :
1. Kelurahan Pakuncen : 56 RT, 12 RW
2. Kelurahan Wirobrajan : 58 RT, 12 RW
3. Kelurahan Patangpuluhan : 51 RT, 10 RW.1

Jumlah penduduk Kecamatan Wirobrajan 28.962 jiwa dengan perincian penduduk laki-laki 14.542 jiwa dan penduduk 14.420 jiwa.
Sasaran kesehatan wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan (mengacu pada indikator indonesia sehat 2010 dan SPM) diantaranya yaitu :
1. Derajat kesehatan
2. Keadaan lingkungan
3. Perilaku hidup bersih dan sehat
4. Pelayanan kesehatan
5. Perbaikan Gizi Masyarakat
Agar dapat mencapai sasaran wilayah kerja Puskesmas wirobrajan seperti tersebut diatas, dokter keluarga juga dapat berperan di dalamnya. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh dan memusatkan pelayanannya pada keluarga sebagai suatu unit, pada mana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja. 1
Praktek dokter keluarga ialah praktek kedokteran dalam pelayanan primer atau kontak pertama yang dijalankan secara paripurna atau komprehensif. Pelayanan yang diberikan harus meliputi pelayanan promosi kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). 1
Pelayanan kedokteran keluarga mempunyai posisi strategis dalam keberhasilan penatalaksanaan subsistem pelayanan kesehatan, karena perannya dalam mengalihkan orientasi kuratif ke orientasi komprehensif, mengedepankan supaya promotif preventif sehingga seimbang dengan upaya kuratif dan rehabilitatif, mengubah pelayanan yang fragmentatif ke pelayanan yang integratif berjenjang. 1

Anemia merupakan penyakit yang masih cukup tinggi prevalensinya di negara berkembang terutama kelompok risiko tinggi seperti: ibu hamil dan menyusui, anak sekolah dan prasekolah dan pekerja fisik berpenghasilan rendah yang penyebabnya oleh karena faktor gizi dan faktor parasit. Gejala umum anemia seperti: lesu, letih, pucat, cepat lelah, berkunang-kunang dan gampang mengantuk merupakan gejala klinis yang mudah diketahui. Di daerah endemis malaria, penyakit ini merupakan salah satu penyebab anemia. 1
Penyebab utama kematian maternal adalah disebabkan oleh 3 hal yang pokok yaitu perdarahan dalam kehamilan (anemia), preklampsi/eklamsi dan infeksi. Pada masa sekarang oleh perkembangan pertambahan jumlah tenaga medis terutama dokter kebidanan yang banyak maka kasus tersebut diatas telah menurun, tetapi kematian ibu akibat anemia karena perdarahan masih tetap sebagai faktor utama.4
Penelitian yang dilakukan Fakultas Kedokteran Udayana di Bali menunjukkan 46% ibu hamil kena anemia. Secara umum di Indonesia sekitar 20% wanita, 50% wanita hamil, dan 3% pria kekurangan zat besi. Sedangkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan dua miliar penduduk dunia terkena anemia. Tanda-tanda anemia antara lain kulit pucat, rasa lelah, napas pendek, kuku mudah pecah, kurang selera makan, dan sakit kepala sebelah depan. Namun, terkadang tidak ada keluhan bila pasien mengalami anemia ringan.Berkurangnya kadar Hb pada kehamilan adalah suatu proses yang fisiologis. Hal ini dikarenakan ada penambahan volume sel darah namun penambahannya tidak sebanding dengan penambahan plasma, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi). Pengenceran ini hendaknya diimbangi dengan pembentukan sel-sel darah yang baik sehingga kadar Hb tidak terlalu turun.5
Dampak yang buruk dapat terjadi pada ibu hamil yang menderita anemia, seperti: abortus, partus prematurus, partus lama karena inersia uteri, syok dan infeksi baik intra partum maupun post partum, bahkan dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Selain dampak pada ibu, juga dampak negatif dirasakan oleh hasil konsepsi, seperti: kematian mudigah, kematian perinatal, prematuritas, teradi cacat bawaan, dan cadangan besi kurang.
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia akibat defisiensi besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dalam makanan, karena gangguan absorbsi, gangguan penggunaan, atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari tubuh, misalnya pada perdarahan. Saat ini di Indonesia sudah gencar dilaksanakan program suplementasi besi secara rutin ke kelompok ibu hamil. Kebijaksanaan pemerintah adalah memberikan tablet Fe (Fe sulfat 320 mg dan asam folat 0,5 mg) untuk semua ibu hamil sebanyak satu kali satu tablet selama 90 hari. Diperkirakan jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan yaitu 1000 mg di samping yang berasal dari makanan. Intervensi yang paling mudah dan paling luas jangkauannya adalah melalui institusi Posyandu dan Puskesmas.
Bloom (1974) menyatakan bahwa status kesehatan seseorang, dalam hal ini dihubungkan dengan anemia pada ibu hamil, dipengaruhi oleh perilaku individu itu sendiri, selain juga dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan dan lingkungan. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Sesuai dengan batasan itu, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, seta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan, dalam hal ini khususnya anemia pada ibu hamil.
Puskesmas Wirobrajan, yang dalam posisinya sebagai ujung tombak Primary Health Care mempunyai peran penting dalam program Making Pregnancy Safer. Dengan dibantu tenaga dokter umum dan bidan, diharapkan puskesmas mampu memberikan pelayanan obstetri dan neonatal dasar dengan upaya-upaya preventif, diantaranya adalah pencegahan anemia pada ibu hamil, serta peran Puskesmas sebagai Health Educator yang hendaknya mampu memberikan pengetahuan yang memadai kepada masyarakat, sehingga dapat meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap anemia pada kehamilan.
Pembangunan kesehatan pada tahun 2008 merupakan bagian dari upaya pencapaian sasaran pembangunan kesehatan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2004 – 2009, yaitu meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya usia harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi, menurunnya angka kematian ibu dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita. Adapaun sasaran keluaran pembangunan kesehatan tahun 2008 salah satunya adalah meningkatnya persentase ibu hamil yang mendapat tablet Fe mencakup 80 persen.1
Ibu hamil dikategorikan mengalami anemia jika hemoglobinnya di dalam darah kurang dari 11 mg%. Kondisi ini disebabkan karena kurangnya asupan zat gizi besi (Fe) dalam konsumsi makanannya sehari-hari disamping karena terjadinya peningkatan kebutuhan selama masa kehamilannya. Data di wilayah Puskesmas Wirobrajan menunjukkan anemia pada Bumil mencapai angka 38,16 % sedangkan pada Bumil Gakin sebesar 28,26 %. Hal ini perlu mendapat perhatian yang serius karena terjadi peningkatan jumlah penderita anemia pada ibu hamil.1
Faktor penyebab peningkatan angka anemia pada Bumil antara lain sosial, ekonomi, tingkat pendidikan Bumil serta kepatuhan minum tablet tambah darah. Meskipun cakupan bumil yang mendapat tablet Fe diatas target yaitu 77,1% dan 70%, namun dari survei terbatas di lapangan, angka kepatuhannya masih rendah. Selain program pemberian tablet Fe kepada Bumil, untuk pencegahan anemia pada Bumil ini juga sudah dilaksanakan sosialisasi, edukasi sampai pendampingan Bumil baik oleh kader maupun petugas. Hal ini perlu menjadi bahan evaluasi terhadap program penanganan anemia gizi pada Bumil pada tahun selanjutnya.1

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada ibu hamil untuk menderita anemia
2. Pemberian terapi suplemen untuk anemia pada ibu hamil
3. Bagaimana fungsi-fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga ditinjau dari aspek fungsi biologis, fungsi afektif, fungsi sosial, fungsi penguasaan masalah, dan fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan dalam membantu permasalahan yang muncul pada ibu hamil.
4. Mengetahui intervensi apa yang dapat dilakukan untuk menanganinya.


1.3 Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat terhadap anemia pada ibu hamil, mengubah sikap dan perilaku yang salah masyarakat terhadap anemia pada ibu hamil serta penemuan penderita anemia pada ibu hamil sehingga memudahkan pada tahap preventif, intervensi, monitoring, evaluasi dan follow up
2. Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai peran dokter keluarga dalam pengelolaan anemia pada ibu hamil untuk mencegah terjadinya komplikasi pada penderita tersebut.

1.4 Manfaat
1. Bagi ilmu pengetahuan
Diharapkan membawa dampak yang positif pada keberhasilan terapi anemia pada ibu hamil, dengan memberikan pengetahuan yang mudah diterima tentang anemia, sehingga ibu hamil dengan kesadaran penuh akan melaksanakan terapi atau pencegahan dengan tuntas.

2. Bagi Puskesmas
Sebagai sarana untuk kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan umpan balik dari hasil evaluasi koasisten dalam rangka mengoptimalkan peran. puskesmas.
3. Bagi ibu hamil
Sebagai bahan masukan mengenai pentingnya memperhatikan kesehatan ibu pada saat hamil dengan mengetahui keadaan anemia serta kadar Hb nya.
4. Bagi Peneliti
Sebagai salah satu pembelajaran langsung pada masyarakat mengenai anemia pada kehamilan dan permasalahannya khususnya dalam bidang ilmu kedokteran keluarga.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Anemia
Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 10 g/dl, sedangkan pada wanita hamil menurut Centers for Disease Control (1990) mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga,dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua.2
Darah bertambah banyak dalam kehamilan,yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma,sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama-tama pengenceran itu merigankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dala masa hamil, karena sebagai akibat hidremia cardiac output meningkat. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah sehingga resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental.4
II.2 Etiologi Anemia
Tiga penyebab primer dari anemia yaitu mencakup penurunan sel darah merah dan produksi hemoglobin (Hb), hemolisis dari sel darah merah, serta akibat perdarahan. Cuningham et al (1995) menyatakan bahwa etiologi anemia selama kehamilan sama dengan etiologi wanita yang tidak hamil. Sebab-sebab :
1. Anemia Defisiensi Besi
Dua penyebab anemia paling sering ditemukan selama kehamilan dan masa nifas adalah defisiensi zat besi dan kehilangan darah akut. Pada kehamilan dengan janin tunggal, kebutuhan maternal akan zat besi yang ditimbulkan oleh kehamilan tersebut rata-rata mendekati 800 mg. dari jumlah ini, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta. Sementara 500 mg lagi, digunakan untuk meningkatkan massa hemoglobin (Hb) maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan diekskresikan lewat usus, urin dan kulit. Jumlah total 1000 mg, melampaui simpanan zat besi pada sebagian besar wanita. Anemia zat besi akan terjadi bila perbedaan antara jumlah simpanan zat besi yang tersedia pada ibu dan kebutuhan zat besi dalam kehamilan yang normal seperti disebutkan diatas, tidak diimbangi oleh penyerapan zat besi dari traktus gastrointestinal.2
Penambahan volume darah yang agak cepat selama trimester kedua, dan kekurangan zat besi sering menyebabkan anemia defisiensi tersebut. Penunuran nyata konsentrasi Hb maternal terus berlangsung dan zat besi dalam jumlah besar dibawa melintasi plasenta dari ibu kedalam janin.2
2. Anemia Akibat Perdarahan Akut
Anemia ini terjadi akibat perdarahan yang baru saja terjadi. Keadaan solution plaenta dan plasenta previa bias menjadi sumber hilangnya darah yang serius serta penyebab anemia sebelum dan sesudah melahirkan. Dalam awal kehamilan, anemia yang disebabkan perdarahan akut sering dijumpai pada kasus-kasus abortus, kehamilan ektopik dan mola hidatidosa.2
3. Anemia pada Penyakit Kronis
Selama kehamilan, sejumlah penyakit kronik dapat menyebabkan anemia. Bebrapa diantaranya adalah penyakit ginjal kronik, supurasi, penyakit peradangan usus (inflammatory bowel disease, lupus eritematosus sistemik, infeksi granulomatosa, keganasan dan artritis reumatoid. Anemia biasaya semakin berat seiring dengan meningkatnya volume plasma melebihi ekspansi massa sel darah merah. Wanita dengan pielonefritis akut berat sering mengalami anemia yang nyata. Hal ini tampaknya terjadi akibat meningkatnya destruksi eritrosit dengan produksi eritropoietin normal.2

4. Anemia Megaloblastik
Anemia yang dimulai selama kehamilan hampir selalu terjadi akibat defisiensi asam folat. Biasanya anemia ini ditemukan pada wanita hamil yang tidak pernah mengkonsumsi sayuran segar. Khususnya jenis daun-daunan hijau yang mentah ataupun makanan dengan kandungan protein hewani yang tinggi. Penderita anemia megaloblastik dapat mengalami gejala nausea, vomits dan anoreksia selama kehamilan.2
5. Anemia Hipoplastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru, dinamakan anemia hipoplastik dalam kehamilan. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar Rontgen, racun atau obat-obatan. Karena obat-obatan penambah darah tidak memberi hasil, maka satu-satunya cara untuk memperbaiki keadaan penderita ialah transfusi darah, yang sering diulang beberapa kali.4
6. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil, maka anemianya biasanya menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia.4
7. Anemia-Anemia Lain
Seorang wanita yang menderita anemia, misalnya berbagai jenis anemia hemolitik herediter atau yang diperoleh seperti anemia karena malaria, cacing tambang, penyakit ginjal menahun, penyakit hati, tuberculosis, sifilis, tumor ganas dan sebagainya dapat menjadi hamil. Dalam hal ini anemianya menjadi lebih berat dan mempunyai pengaruh tidak baik terhadap ibu dalam masa kehamilan, persalinan, nifas, serta bagi anak dalam kandungan. Pengobatan ditujukan kepada sebab pokok anemianya, misalnya antibiotic untuk infeksi, obat-obat anti malaria, anti sifilis, obat cacing dan lain-lain.4
II. 3 Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil di Wirobrajan
Pembangunan kesehatan pada tahun 2008 salah satunya diarahkan pada penanganan masalah gizi kurang dan gizi buruk pada ibu hamil, bayi dan anak balita, melalui peningkatan pendidikan gizi masyarakat dan peningkatan surveilans gizi. Sasaran pembangunan Puskesmas Wirobrajan tahun 2008 mengacu pada indikator Indonesia Sehat 2010 dan SPM tahun 2005 pada penanganan ibu hamil diantaranya cakupan bumil mendapat 90 tablet Fe 70%.1
1.1 Tabel Data Anemia Bumil
NO Kelurahan Bumil
Sasaran Hb < 11% %
1 Pakuncen 73 31 42,47
2 Wirobrajan 69 26 37,68
3 Patangpuluhan 65 22 33,85
Jumlah 207 79 38,16

1.2 Tabel Data Anemia Bumil Gakin
NO Kelurahan Bumil
Sasaran Hb < 11% %
1 Pakuncen 19 5 26,32
2 Wirobrajan 12 4 33,3
3 Patangpuluhan 15 4 26,67
Jumlah 46 13 28,26






1.3 Tabel Data Anemia Bumil KEK
NO Kelurahan Bumil
Sasaran Hb < 11% %
1 Pakuncen 19 5 49
2 Wirobrajan 13 4 48,28
3 Patangpuluhan 15 3 44,44
Jumlah 47 12 25,53

1.4 Tabel Data Pemberian Fe Bumil
NO Kelurahan Sasaran Bumil Target SPM 2005 (%) Cakupan
Fe 1 Fe3
Bumil % Bumil %
1 Pakuncen 172 70 115 66,80 112 65,12
2 Wirobrajan 138 112 81,16 105 76,09
3 Patangpuluhan 118 103 87,29 93 78,81
Jumlah 428 330 77,10 310 72,43

II. 4 Anemia defisiensi besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia akibat kekurangan besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurangnya masukan zat besi dalam makanan, gangguan resorpsi, gangguan penggunaan, atau karena pengeluaran zat besi yang terlalu besar, misalnya perdarahan. Kebutuhan zat besi bertambah selama kehamilan, terutama dalam trimester terakhir. Apabila selama kehamilan asupan zat besi tidak ditambah, maka mudah terjadi anemia defisiensi besi, terlebih lagi pada kehamilan kembar. Keadaan ini akan diperparah apabila tinggal didaerah khatulistiwa dimana besi lebih banyak keluar melalui keringat dan kulit. Untuk wanita indonesia yang tidak hamil, sedang hamil, dan sedang menyusui dianjurkan masing-masing asupan zat besi 12 mg, 17 mg, dan 17 mg.4
Anemia merupakan kondisi yang umum dalam kehamilan. Hal ini dkarenakan adanya kenaikan volume darah akan meningkatkan kebutuhan zat besi dan asam folat sehingga jumlah dan ukuran sel darah merah seseorang menjadi dibawah normal. Disamping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Semakin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan semakin banyak kehilangan zat besi.4
Jumlah elemental besi pada setiap kahamilan untuk meningkatkan sel darah ibu 500 mg, terdapat dalam plasenta 300mg, untuk darah janin 100 mg. Setelah persalinan dengan lahirnya plasenta dan perdarahan, ibu akan kehilangan zat besi sekitar 900 mg. 4
Diagnosis dari anemia defisiensi besi dapat ditegakan dengan pemeriksaan darah dimana memberikan gambaran morfologik klasik hipokromik-mikrositik, pada anemia defisiensi besi yang tidsk begitu berat selama kehamilan biasanya tidak disertai dengan perubahan morfologi yang nyata pada eritrosit yang beredar. Pemeriksaan pendahuluan terhadap wanita hamil dengan anemia sedang, harus mencakup pengukuran kadar hemoglobin, nilai hematokrit, serta berbagai gambaran sel, serta pemeriksaan yang cermat terhadap sediaan apus darah tepi. 4
Secara spesifik penanganan dari anemia jenis ini yaitu dengan pemberian preparat besi oral, biasanya digunakan sulfat ferosus 320 mg, 1-3x/hari. Setelah 7-10 hari dari pemberian terapi dilakukan observasi terhadap retikulosit, dan biasanya terjadi peningkatan kadar hemoglobin sebanyak 1 g setiap minggunya pada beberapa penderita. Adapun efek samping dari pemberian preparat besi oral yang dapat timbul antara lain : mual, muntah, nyeri perut, diare dan konstipasi. Bila hal itu terjadi, pengurangan dosis pemberianya harus dilakukan. Terapi oral ini terus dilanjutkan hingga 3 bulan kemudian meskipun anemianya telah teratasi, dengan tujuan untuk mengembalikan persediaan zat besi seperti semula. Pemberian preparat besi secara parenteral jarang dilakukan kecuali pada pasien dengan malabsorbsi atau pada pasien yang tidak memungkinkan meminum preparat oral. Asam folat dapat diberikan bersama-sama dengan zat besi sebagai tindakan penjagaan terhadap kemungkinan defisiensi asam folat. 4
Pengobatan lain misalnya diet sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutama yang berasal dari protein hewani. Vitamin C, vitamin c diberikan 3x100 mg perhari untuk meningkatkan absopsi besi. Sedangkan tranfusi darah dilakukan jika adanya penyakit jantung anemik dengan ancaman payah jantung, anemia yang sangat simtomatik, misalnya anemia dengan gejala pusing yang sangat mencolok, dan pada pasien yang memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang cepat seperti pada kehamilan trimester akhir atau preoperasi. Jenis darah yang digunakan adalah PRC (packed red cell) untuk mengurangi bahaya overload, sebagai premedikasi dapat dipertimbangkan pemberian furosemid intravena. 4
II.5 Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik merupakan penyebab kedua tersering peyebab anemia dalam kehamilan, disebabkan oleh defisiensi asam folat atau dapat juga disebabkan oleh karena defisiensi vitamin B12. biasanya anemia ini ditemukan pada wanita hamil yang tidak pernah mengkonsumsi sayuran segar, khususnya daun-daunan hijau yang mentah ataupun makanan dengan kandungan protein yang tinggi. Pasien ini mengeluhkan gejala nausea yang menggangu, vomitus dan anoreksia selama kehamilan. Semakin berat defisieansi asam folat yang dialami semakin berat pula anoreksia yang dialami, akibatnya semakin menambah buruk defisiensi gizi tersebut. 4
Pada wanita normal yang tidak hamil, kebutuhan asam folatnya berkisar 50-100 ug/hari, namun pada kehamilan kebutuhan ini semakin meningkat. Janin dan plasenta mengambil folat dari sirkulasi darah maternal dengan efektif, sehingga janin tidak akan menjadi anemia kendati ibu mengalami anemia yang berat akibat defisiensi asam folat yang berat. 4
Diagnosa anemia megaloblastik dapat ditegakan dengan ditemukanya gambaran sel darah makrositik-normokromik atau normositik-normikromik. Jumlah retikulosit dapat normal atau menurun, sedang jumlah platelet cenderung menurun. 4
Penatalaksanaan dari anemia jenis ini, harus memberikan preparat asam folat, makan makanan yang bergizi dan biasanya dengan penambahan tablet zat besi. Pemberian asam folat peroral dengan dosis 1 mg sekali sehari, sudah dapat memberi respon hematologi yang baik. 4
II.6 Gejala dan Tanda Anemia
Secara umum gejala dan tanda anemia pada kehamilan hampir sama dengan gejala dan tanda anemia pada umumnya,berupa :
• Pucat pada kulit, bibir, kuku, telapak tangan, serta tampak konjungtiva yang anemis
• Mudah lelah
• Vertigo, dizzines
• Takhikardia
• Jaundice/ikterik
II.7 Pengaruh Anemia dalam kehamilan
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh buruk lagi, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun dalam nifas dan masa selanjutnya, berbagai penyulit yang dapat timbul akibat anemia, seperti:
Abortus
Partus prematurus
Partus lama
Perdarahan post partum karena atonia uteri
Syok
Infeksi baik intra maupun postpartum
Anemia yang sangat berat (Hb < 4 g/100 ml) dapat menyebabkan dekompensasi cordis. 4
II.8 Pencegahan Anemia dalam kehamilan
Makan makanan dengan gizi yang baik sebelum masa kehamilan tidak saja membantu mencegah anemia, tetapi juga membantu meningkatkan persediaan dan penyimpanan nutrisi lainya dalam tubuh sang ibu yang nantinya berguna pada masa kehamilanya. Mengkonsumsi makan bergizi seimbang selama kehamilan membantu penyediaan zat besi maupun zat-zat makanan yang penting lainya, sehingga dapat bermanfaat dalam menjaga kesehatan sang ibu maupun janin yang sedang tumbuh didalam perut sang ibu. 4
II.9 Nutrisi Ibu Hamil
Perawatan nutrisi yang baik dan sehat selama hamil tergantung pada beberapa hal yang umum, yakni bahwa seorang ibu hamil harus 1) mendapatkan berbagai macam makanan yang sehat, 2) mencapai pertambahan berat badan ang optimal selama hamil dengan bertolak dari BMI sebelum hamil dan 3) merencanakan untuk menyusui anaknya setelah lahir. Pada tahun 1970 National Academy of Science, menegaskan tentang risiko terhadap bayi bagi ibu yang membatasi pertambahan berat badan dan diet selama hamil dan menganjurkan untuk tidak membatasi diet selama hamil dan mencapai pertambahan berat badan yang optimal yakni 11 kg (24 pounds) selama hamil.6

Pengaruh nutrisi pada kehamilan dan persalinan
Peningkatan berat badan yang optimal dan sehat selama hamil diharapkan akan mencapai usia hamil yang cukup bulan (aterm), tumbuh kembang janin yang baik, komplikasi selama hamil dan persalinan yang minimal dan pada akhirnya akan menunjang kondisi ibu selama masa laktasi dan sesudahnya. NAS 1990 menekankan pentingnya peningkatan berat badan ibu hamil dengan bertolak dari BMI sebelum hamil. Ibu hamil yang underweight ( BMI < 19,8 ) dengan peningkatan berat badan selama hamil tidak adekuat akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (< 2500 g ), sebaliknya ibu hamil yang overweight ( BMI > 26,0 ) dengan peningkatan berat badan selama hamil berlebihan akan melahirkan bayi dengan berat lahir yang tinggi melebihi yang seharusnya ( makrosomi). 6
Kecepatan rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil yang dianjurkan berdasarkan BMI sebelum hamil adalah 0,5 kg/minggu pada ibu yang underweight, 0,4 kg/minggu untuk normal weight dan 0,3 kg./minggu untuk ibu dengan overweight. Bagi ibu-ibu yang tergolong pada kelompok obesitas harus ditentukan secara individual. 6
Tabel Pertambahan berat badan selama hamil yang dianjurkan bagi ibu hamil berdasarkan BMI sebelum hamil
Prepregnancy weight BMI Recommended total weight gain
Kg, pound
UNDERWEIGHT
NORMALWEIGHT OVERWEIGHT
OBESE
< 19,8
19,8 – 26,0
> 26,0 – 29,0
> 29,0 12,5 - 18,0 28 – 40
11,5 - 16,0 25 – 35
7,0 - 11,5 15 – 25
≤ 7,0 ≤ 15

Institute of Medicine tahun 1990 menentukan kenaikan berat badan yang dianggap kurang bagi ibu dengan obesitas adalah bila kurang dari 0,5 kg./bln dan untuk ibu hamil dengan BMI normal adalah apabila kurang dari 1 kg./bln. Kenaikan berat badan ibu yang dianggap berlebihan adalah bila melebihi 3 kg./bln. Akan tetapi pada kenyataannya hanya 30-40% saja yang berhasil mencapai kenaikan berat badan yang dianjurkan. Lebih lanjut dikemukakan pula bahwa pada 3000 kasus wanita yang tidak obesitas di San Francisco, tiap kilogram kenaikan berat badan ibu hamil pada trimester 1 dan trimester 3 akan meningkatkan berat janin 17 gram akan tetapi pada trimester 2 akan meningkatkan berat janin 33 gram. Sehingga ditekankan pentingnya kenaikan berat badan ibu hamil pada trimester 2. Meskipun kenaikan total berat badan ibu selama hamil tidak adekuat akan tetapi berat lahir akan tetap ditentukan oleh kenaikan beratn badan ibu selama trimester 2 yang adekuat. 6

Kebutuhan gizi ibu selama masa kehamilan dan menyusui.
Seperti diketahui bahwa nutrisi ibu hamil saat konsepsi sangat mempengaruhi kesehatan janin yang dikandungnya. Secara garis besar kebutuhan kalori, protein, vitamin dan mineral rata-rata meningkatselama hamil, meskipun adapula kebutuhan yang tidak berbeda antara saat hamil dan normal seperti kebutuhan akan kalsium dan fosfor misalnya. Rata-rata kebutuhan kalori akan meningkat sampai dengan 17 %, protein 25% dan kebutuhan vitamin dan mineral akan meningkat antara 20-100%. Kebutuhan gizi yang dianjurkan menurut National Research Council ( NRC ) untuk ibu hamil dan menyusui, ditujukan tidak saja untuk perorangan akan tetapi lebih sebagai petunjuk bagi semua populasi yang lebih luas. Pada saat ini sering ditemui adanya ketidak sesuaian antara kebutuhan gizi yang dianjurkan dengan kenyataan yang diperoleh oleh ibu selama hamil. Hal ini disebabkan oleh karena label yang dicantumkan dalam kemasan vitamin sebagian berbeda untuk beberapa jenis nutrient didalamnya ( menurut FDA-USRecommended Dietary and Daily Allowances ). Lebih jauh ditemukan juga penggunaan yang amat berlebihan ( lebih dari 10 kali yang dianjurkan oleh RDA ) yang seringkali memberikan gejala keracunan makanan selama hamil. Nutrient yang potensiel membahayakan bila diberikan secara berlebihan ( lebih dari 10 kali dari yang dianjurkan ) antara lain Fe, Zn,. Se,. Vitamin A, B6 , C, dan D. Keadaan ini harus dihindari selama hamil. 6
Tabel Recommended Daily Dietary Allowance for women before and during pregnancy and lactation
NUTRIENT
NONPREGNANT
(age 15-18 years old) PREGNANT
LACTATION

Macronutrient
Calorie ( Kcal )
Protein ( gr )

2200
55
2500
60

2600
65
Micronutrient
Fat Soluble Vit.
A ( μg RE )
D (μg )
E ( mg TE )
K (μg )
Water SolubleVit.
C ( mg )
Folate (μg )
Niacin ( mg )
Riboflavin (mg )
Thiamine (mg)
Pyridoxin B6 (mg)
Cobalamin (μg)


800
10
8
55

60
180
15
1
1,2
1,6
2,0

800
10
10
65

70
400
17
1,6
1,5
2,2
2,2

1300
12
12
65

95
270
20
1,8
1,6
2,1
2,6
Mineral
Calcium (mg)
Phosphorus (mg)
Iodine (μg)
Iron (mg Fe Iron)
Magnesium (mg)
Zinc (mg)

1200
1200
150
15
280
12
1200
1200
175
30
320
15
1200
1200
200
15
355
19



American Academic of Pediatrics and American College of Obstetric and Gynecology tidak mengajurkan untuk memberikan suplementasi multivitamin apapun juga pada ibu hamil kecuali pada wanita mempunyai risiko dibidang nutrisi seperti kehamilan ganda, penyalahgunaan obat, vegetarian, epilepsi dan pasien dengan hemoglobinopati. Pada mereka yang termasuk kelompok risiko ini, suplementasi multivitamin dan mineral dianjurkan sejak trimester 2. 6

Tabel Komposisi suplementasi multivitamin dan mineral kelompok wanita dengan risiko dibidang nutrisi
vitamin C - 50 mg
vitamin B12 - 2 μg
Fe 30 – 60 mg
vitamin B6 - 2 mg
vitamin D -10 μg
Zn 15 mg
folate - 300 mg
Copper 2 mg
Calcium 250 m
Faktor risiko nutrisi saat hamil antara lain :
1. Berat badan ibu sebelum hamil yang abnormal (underweight atau overweight ).
2. Kenaikan berat badan selama hamil tidak adekuat atau berlebihan.
3. Kehamilan remaja (Adolescence Pregnancy).
4. Faktor sos-ek., budaya, agama, kejiwaan yang membatasi atau mempengaruhi diet.
5. Pernah mengalami persalinan preterm atau pertumbuhan janin terhambat.
6. Penyakit kronis atau tirah baring yang lama
7. Kehamilan ganda
8. Hasil pemeriksaan lab. Yang abnormal
9. Gangguan nafsu makan
10. Gangguan toleransi makanan atau alergi. 6

Kebutuhan kalori dan protein selama hamil.
Kalori.
Selama hamil ada kenaikan kebutuhan akan kalori sampai dengan 80.000 kcal. Terutama pada 20 minggu terakhir. National Research Council 1989 menganjurkan untuk memberikan kalori tambahan pada ibu hamil 300 kcal / hari selama hamil. Bila kebutuhan ini tidak tercukupi maka kebutuhan energi ini akan diambil dari persediaan protein tubuh yang seharusnya disediakan untuk keperluan pertumbuhan janin. 6
Lemak.
Penambahan kebutuhan untuk lemak dalam diet ibu hamil diperlukan sebagai sumber kalori selama hamil untuk menyimpan lemak sejak timester awal dan pertumbuhan kehamilan yang lain pada trimester selanjutnya. Pada Trimester 1, untuk perkembangan embryo dan tidak kalah pentingnya adalah cadangan lemak ibu, pertumbuhan uterus, payudara memerlukan tambahan asam lemak esensial. Pada trimester 2 dan terutama trimester 3, penambahan volume darah, plasenta dan tumbuh kembang janin dalam rahim juga sangat membutuhkan bahan ini. Kebutuhan total selama hamil kurang lebih 600 g asam lemak esensial ( kira-kira 2,2 g/hari) akan dibutuhkan selama hamil normal dan pada ibu dengan gizi yang normal. Hal ini sesuai dengan yang direkomendasikan oleh WHO (1985) dimana keseimbangan bahan linoleat dan linolenat diperlukan dalam ratio 1
: 5 sampai 1 : 10. Rekomendasi ini kira-kira sesuai dengan konversi kedua bahan tersebut menjadi derivat LCPUFAs ( Long Chain Poli Unsaturated Fatty Acids).6
Beberapa penelitian mengemukakan adanya defisiensi relatif untuk bahan LCPU n-3 FA ( Omega –3 ) selama hamil. Juga ada korelasi yang positif antara kebutuhan asam arakhidonat (ARA / Omega-6) dengan berat lahir serta asam docosahexanoat (DHA / Omega-3) dengan usia hamil. Ditemukan pula bukti-bukti bahwa mengkonsumsi ikan laut berkaitan dengan penurunan kejadian kelahiran preterm, berat lahir rendah dan hipertensi dalam kehamilan. Pada semua keadaan tersebut ternyata diperkirakan oleh karena peran dari LCPU n-3 Fas (DHA)(WHO-1992). Kebutuhan tambahan asam lemak esensial selama laktasi diperkirakan 3 – 5 g/hari.6

Protein.
Dibanding dengan kebutuhan protein pada wanita normal maka kenaikan kebutuhan protein pada ibu hamil dipakai untuk pertumbuhan janin, plasenta, uterus, payudara dan penambahan volume darah. Pada serum ibu kadar asam amino yang ditemukan menurun antara lain Ornithine, Glycine, Taurine dan Proline, sedangkan kadar Alanine dan Asam Glutamat ditemukan meningkat. 6
Sebagian besar protein yang dibutuhkan didapat dari protein hewani seperti daging, telur, keju, ikan laut yang diketahui mengandung kombinasi asam amino yang diperlukan saat hamil. Adapun jumlah kebutuhan protein selama hamil 60 g/hari, ini 15 gr lebih tinggi dari kebutuhan saat tidak hamil. Akan tetapi tetap harus diwaspadai bahwa elebihan intake protein dalam diet saat hamil juga tidak sepenuhnya aman. 6
Kebutuhan mineral selama hamil.
Fe
Hemoglobin dan hematokrit akan menurun sedikit selama hamil, sehingga kekentalan darah secara keseluruhan akan berkurang. Kadar hemoglobin yang diharapkan pada usia hamil cukup bulan (aterm) adalah 12,5 g% dan pada kenyataan yang ada ditemukan 6% wanita hamil kadar hemoglobinnya hanya mencapai kurang dari 11 g%.6
Pada sebagian besar ibu hamil kadar Hb. < 11 g% terutama pada kehamilan lanjut merupakan keadaan yang abnormal atau anemia dalam kehamilan. Pada umumya anemia pada kehamilan ini disebabkan oleh kekurang Fe . Kebutuhan zat besi ( Fe) selama hamil normal sekitar 1000 mg, dimana 300 mg secara aktif ditrasfer ke janin dan plasenta sedangkan 200 mg hilang dalam sirkulasi. Peningkatan rata-rata volume sel darah merah ( erythrocyte ) selama hamil 450 ml., dimana 1 ml sel darah merah yang normal berisi 1,1 mg zat besi (Fe) sehingga 500 mg kenaikan zat besi yang dibutuhkan digunakan untuk pembentukan sel darah merah. Dengan demikian kebutuhan zat besi rata-rata selama hamil normal antara 6 – 7 mg / hari. Dalam memenuhi kebutuhan zat besi ini biasanya dipakai preparat besi dalam bentuk ferous sulfat, gluconat atau fumarat. Untuk ibu hamil dengan berat badan yang berlebih, kehamilan ganda, yang tidak mengkonsumsi zat besi sebelumnya sampai dengan kehamilan lanjut memerlukan 60 – 100 mg / hari preparat besi tersebut. Akan tetapi bila dalam keadaan anemia diperlukan sampai 200 mg/hari untuk mengatasi keadaan aneminya. Pada trimester 1 kebutuhan zat besi ini minimal sehingga tidak memerlukan suplemen. Hal ini justru menguntungkan oleh karena pada trimester 1 sering disertai mual dan muntah yang akan lebih berat bila ditambah dengan preparat Fe tersebut. 6

Kalsium, Magnesium dan Fosfor.
Kebutuhan kalsium selama kehamilan 2,5% dari seluruh kalsium dalam tubuh, yang sebagian besar disimpan dalam tulang dan siap dilepaskan untuk keperluan pertumbuhan janin. Meskipun beberapa laporan dikemukakan bahwa kalsium dapat mencegah kejadian preeklamsia akan tetapi sampai saat ini belum jelas benar bahwa pemberian suplemen kalsium dalam diet ibu selama hamil akan memperbaiki outcome perinatal. Terakhir dianjurkan bahwa kebutuhan kalsium dalam diet 1300mg/hari untuk wanita-wanita uisia 18 tahun kebawah dan 1000 mg/ hari untuk kelompok 19-50 tahun. Kadar kalsium dan magnesium dalam plasma selama hamil menurun oleh karena menurunnya kadar protein plasma. Kebutuhan fosfor selama hamil sama dengan kebutuhan ibu yang tidak hamil. 6

Zinc.
Kekurangan Zn yang berat akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan hambatan penyembuhan luka. Selain itu kekurangan Zn juga akan menyebabkan dwarfisme, hipogonadisme, dan juga kelainan pada kulit (acrodermatitis enteropathica ) dan ini merupakan kelainan bawaan akibat kekurangan Zn yang berat.Akan tetapi meskipun pada binatang coba ditemukan terjadinya kelainan bawaan pada susunan syaraf akan tetapi pada manusia belum pernah terbukti secara meyakinkan. Kadar Zn dalam plasma kurang lebih hanya 1%dari total Zn dalam tubuh. Dalam plasma Zn terikat pada beberapa jenis protein dan asam amino. Akhir-akhir ini beberapa penelitian menyebutkan terjadinya KPP akibat kekurangan Zn dalam tubuh ibu hamil. Selama hamil intake Zn dianjurkan kurang lebih 15 mg/hari. Ibu hamil dengan diet cukup Zn akan memberikan janin yang rata-rata lebih besar dari normal ( 125 gr) dan mempunyai lingkar kepala yang lebih besar pula ( 4 mm ). 6

Iodine
Intake iodine di Amerika pada 15 tahun terakhir ini menunjukkan penurunan drastis. Kekurangan iodine ini ditandai dengan peningkatan kejadian hipothiroidisme pada ibu dan retardasi mental pada anak. Juga ditemukan kejadian kretinisme dan kelainan syaraf yang multipel bila terjadi kekurangan iodine. 6

Copper, Selenium, Chromium dan Mangaan.
Selama hamil tidak pernah dipantau adanya kekurangan maupun perlunya suplemen bahan-bahan tersebut diatas. 6

Kalium dan Natrium.
Selama hamil hampir tidak pernah terjadi kekurangan kalium dan natrium kecuali ada hal-hal yang menyebabkan kehilangan yang terlalu berlebihan bahan-bahan tersebut. Keadaan muntah-muntah pada trimester 1 atau mengkonsumsi diuretika pada kehamilan akan merupakan keadaan yang memungkinkan seorang ibu hamil kehilangan kalium dan natrium yang berlebihan. Saat ini penggunaan diuretika pada preeklamsia atau eklamsia sudajh ditinggalkan kecuali hanya atas indikasi yang kuat misalnya adanya oedema paru, atau gagal ginjal. 6

Fluoride
Pernah dilaporkan adanya penurunan kejadian karies gigi pada aanak-anak bila ibunya selama hamil mengkonsumsi 2,2 mg sodium fluoride / hari dibanding dengan pemberian fluoride kedalam air minum. Akan tetapi American dental Association belum membenarkan suplementasi fluoride tersebut selama hamil. Juga selama laktasi pemberian suplemen fluoride tidak meningkatkan konsentrasinya dalam ASI ). 6

Kebutuhan vitamin selama hamil.
Folic Acid.
Di USA, 4000 kehamilan kehamilan berisiko terjadinya kelainan bawaan pada susunan syaraf (neural tube defect) setiap tahun. Lebih dari 50% bisa dicegah dengan memberikan suplementasi 0,4 mg / hari asam folat selama periode perikonsepsional. Meskipun demikian masih ada kontroversi tentang seberapa dosis terendah yang dibutuhkan agar mempunyai efek mencegah kelainan tersebut. Dilaporkan bahwa diet dengan 240 μg/hari akan berisiko terjadinya defek susunan syaraf, kelahiran prematur dan berat lahir rendah. Akan tetapi Daly dan kawan-kawan (1997), memberikan suplemen 200 μg / hari folat dikatakan efektif untuk mencegah kelainan bawaan tersebut dan aman untuk populasi secara umum. Pada wanita dengan risiko tinggi untuk terjadinya kelainan bawaan pada susunan syaraf (spina bifida), dianjurkan untuk memberikan 4 mg (4000 μg ) per hari dimulai 1 bulan sebelum kehamilan sampai dengan trimester 1. 6

Vitamin A.
American College of Obstetric and Gynecology (1990) tidak menganjurkan memberikan suplemen vitamin A pada ibu hamil. Vitamin A hanya diberikan bila dinilai ada tandatanda kekurangan selama hamil dan diberikan dalam bentuk β-Caroten yang merupakan bahan dasar vitamin A yang ada pada buah-buahan dan sayur-sayuran karena sudah jelastidak memberikan efek samping kelebihan vitamin A. Beberapa laporan pemberian vitamin A yang berlebihan sampai dengan 15.000 IU atau lebih per hari akan berisiko terjadinya kecacatan pada bayi karena dilaporkan pemberian derivat vitamin A Isotretinoin ( Accutane ) mempunyai efek teratogenik. 6

Vitamin B12.
Konsentrasi vitamin B12 dalam plasma ibu menurun pada kehamilan normal. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan konsentrasi transcobalamin dan hanya bisa diatasi sebagian dengan suplementasi selama hamil. Vitamin B12 hanya bisa didapat pada makanan yang berasal dari hewan. Oleh karena itu pada vegetarian konsentrasi vitamin B12 dalam darahnya sangat rendah demikian pula dalam ASI ibu yang sedang menyusui. Pemakaian vitamin C yang berlebihan juga bisa menurunkan konsentrasi dalam darah. 6

Vitamin B6.
Institute of Medicine 1990, mengemukakan bahwa suplementasi vitamin B6 belum menunjukkan keuntungannya. Dianjurkan untuk memberikan suplemen vitamin B6 2 mg/hari pada wanita-wanita dengan risiko tinggi misalnya pada penyalahgunaan obat, kehamilan ganda serta kehamilan remaja. 6

Vitamin C.
Kebutuhan vitamin C yang dianjurkan selama hamil 70 mg/hari. Jumlah ini 20% lebih tinggi dari kebutuhan normal. Seringkali pada water soluble vitamine ditemukan konsentrasi yang menurun pada darah ibu akan tetapi justru meningkat pada darah umbilikus. 6

Petunjuk gizi secara umum.
Petunjuk dasar untuk memperkirakan kebutuhan gizi ibu haruslah diberikan pada setiap pusat pelayanan kesehatan primer, kepada ibu-ibu sebelum, selama hamil dan setelah persalinan (selama menyusui).Bila masalah nutrisi telah diidentifikasikan maka petunjuk gizi harus diberikan oleh tenaga yang ahli dalam bidang gizi. Oleh karena aspek gizi ini hanya salah satu aspek yang berpengaruh terhadap outcome kehamilan dan persalinan maka rekomendasi gizi selama antenatal haruslah menunjang semua aspek yag berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan laktasi. 6

Petunjuk umum untuk perawatan nutrisi maternal.
Prakonsepsi.
1. Perkirakan status berat badan, Hb., PCV, makanan dan parameter gizi yang lain.
2. Petunjuk dasar untuk diet yang sehat, kegiatan fisik dan hindari bahan-bahan yang berbahaya.
3. Identifikasikan faktor risiko untuk tiap individu termasuk obesitas, anemia dan riwayat kelainan bawaan pada kelahiran yang lalu. 6

Selama hamil:
1. Perkirakan makanan sehari-hari.
2. Pemantauan kenaikan berat badan.
3. Olahraga seperlunya.
4. Hindari bahan-bahan kimia dan obat-obatan yang berbahaya.
5. Suplementasi nutrisi, vitamin dan mineral yang diperlukan.
6. K.I.E. tentang gizi, kenaikan berat badan dan persiapan laktasi. 6

Pasca persalinan.
1. Petunjuk dan pendampingan dalam hal mengawali dan pemeliharaan selama laktasi termasuk rekomendasi untuk kebutuhan gizi selama laktasi.
2. Hindari bahan-bahan kimia dan obat-obatan yang membahayakan. 6

BAB III
LAPORAN KASUS

III.1 IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : GS
Nama KK : WS
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Srikaloko, No. 48, RT 26/RW 05,
Bugisan, Yogyakarta
No. RM : 03372202
Tanggal Kunjungan Puskesmas : 8 Januari 2009 pukul 08.00 WIB
Tanggal Kunjungan I : 8 Januari 2009 pukul 15.00 WIB
Tanggal Kunjungan II : 10 Januari 2009 pukul 14.00 WIB

III.2 Anamnesis
Keluhan Utama : lemas dan pucat
Keluhan Tambahan : -
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang untuk kontrol kehamilan yang ke 4, pasien merasa hamil 7 bulan mengeluhkan badan lemes, lesu dan pusing, wajah terlihat pucat, nafsu makan turun, mual (-), muntah (-), cepat lelah. Hal ini sudah dirasakan sejak usia kandungan 4 bulan. Pasien rutin kontrol ke puskesmas dan mendapat tablet Fe yang diminum 1 kali setiap hari, namun keluhan tidak berkurang sehingga pasien pergi ke puskesmas. Pasien mengaku tidak mengalami perdarahan selama kehamilan. Makanan yang dimakan biasa seperti sebelum hamil 3 - 4x sehari, lauk hanya dengan tahu dan tempe, jarang dengan ayam, daging atau hati juga tidak begitu menyukai sayuran hijau.
Riwayat obstetri :
I. Hamil ini
HPMT : 20 Juni 2008
HPL : 27 Maret 2009
UK : 28 minggu 6 hari
Mual muntah : tidak pernah dikeluhkan
Riwayat pernikahan :
Menikah 1x, 3 bulan yang lalu (25 Oktober 2008)
Riwayat menstruasi :
Menarche umur 12 tahun, teratur tiap bulan 1x, durasi 5 hari, siklus 28 hari, tidak ada dismenorrhea
Riwayat leukhorea :
Jarang, warna putih jernih, tidak bau, tidak gatal, jumlah sedikit, muncul seminggu setelah menstruasi.
Riwayat ANC :
Teratur tiap bulan di puskesmas sejak umur kehamilan 4 bulan
Riwayat TT
Sudah diberi suntikan 2x di puskesmas
Riwayat KB :
Tidak pernah menggunakan KB


Riwayat penyakit :
Asma, hipertensi, DM, jantung disangkal pasien. Riwayat operasi disangkal pasien. Riwayat anemia pada kehamilan ini (UK = kurang lebih 4 bulan).
Riwayat obat-obatan:
Tidak ada, pasien mengkonsumsi vitamin penambah darah dari puskesmas sejak umur kehamilan kurang lebih 4 bulan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit darah tinggi : ada
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit gula : ada
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat penyakit asma : disangkal

6. Anamnesis Sistem:
 Sistem serebrospinal : pasien sadar dan berorientasi penuh, tidak demam, tidak pusing
 Sistem respiratorius : tidak batuk, tidak sesak nafas
 Sistem kardiovaskular : tidak berdebar-debar, tidak nyeri dada, tidak sesak nafas
 Sistem gastrointestinal : tidak anoreksia, tidak mual, tidak muntah, bab normal lancar.
 Sistem muskuloskeletal : gerakan bebas, tidak ada nyeri otot, tidak ada patah tulang
 Sistem obstetri : pasien merasa hamil 7 bulan, merasa lemas, lesu dan pusing, wajah terlihat pucat, nafsu makan turun, mual (-), muntah (-), cepat lelah, gerakan janin dirasa kuat


III.3 Pemeriksaan Fisik
PEMERIKSAAN FISIK (8 Januari 2009 pukul 16.00 WIB)
Kesan Umum : tampak pucat
Kesadaran : kompos mentis
Tanda utama :
Tekanan darah : 100/ 70 mmHg
Nadi : 80 x/menit, teratur, isi kurang tegangan lemah
Suhu badan : 36,7 0C
Pernafasan : 18 x/menit, tipe torakoabdominal.
BB = 47 kg
TB = 152 cm
1. Kulit : turgor dan elastisitas cukup, UKK tidak ada, tidak tampak chloasma gravidarum di pipi, tidak tampak linea nigra di abdomen.
2. Kepala :Mesocephal, simetris, tidak ada deformitas, rambut hitam distribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak rontok, tidak nyeri tekan, tidak oedem facial
3. Pemeriksaan Mata: Palpebra tidak edema, Conjunctiva anemis, Sklera tidak ikterik, pupil reflek cahaya +, isokor Ø 2 mm
4. Pemeriksaan Telinga: tidak ada otore, tidak ada deformitas
5. Pemeriksaan Hidung: Nafas cuping hidung tidak ada, tidak ada deformitas, tidak ada rinore/ discharge.
6. Pemeriksaan Mulut: Bibir tidak sianosis, Bibir tidak kering, Lidah tidak kotor, gigi tidak ada yang berlubang, tidak karies, stomatitis (+), Faring tidak hiperemis, Tonsil tidak membesar, ditemukan epulis gravidarum pada gusi sisi kiri.
7. Pemeriksaan Collum : tidak ada deviasi trakhea, Kelenjar Thyroid tidak membesar, Lnn tidak membesar, JVP tidak ↑

8. Pemeriksaan Thorax :
Cor
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba tidak kuat angkat di SIC V linea mid clavicula sin
 Perkusi :
 Kanan atas : SIC III LPS kanan.
 Kiri atas : SIC III LMC kiri.
 Kanan bawah: SIC V LPS kanan.
 Kiri bawah : SIC V LMC kiri.

 Auskultasi : BJ I lebih keras daripada II, reguler, tidak ada gallop, tidak ada bising

Pulmo
 Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi, tidak nampak ada ketinggalan gerak nafas
 Palpasi : tidak ada ketinggalan gerak, fremitus suara D = S.
 Perkusi : sonor seluruh lapang paru kanan dan kiri
 Auskultasi : SD vesikuler, tidak ada ST

9. Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi : cembung (membesar ke depan sesuai umur kehamilan), tidak terlihat gerakan janin, tidak terlihat darm steifung, tidak terlihat darm contour, tidak ada sikatrik, tidak terlihat striae gravidarum.
 Auskultasi : peristaltik (+) normal, dengan stetoskop Laennec terdengar DJJ (+) 138x/menit/ teratur.
 Palpasi : supel, tidak ada nyeri tekan di seluruh lapang perut, hepar tak teraba, lien tak teraba
 Perkusi : tymphani, tidak asites, pemeriksaan shifting dullness (-)

10. Pemeriksaan Costovertebrae
Inspeksi : tidak ada deformitas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak ada nyeri ketok

11. Pemeriksaan Extremitas :
 Superior : tidak ada deformitas, tidak sianosis, tidak pucat, tidak edema, LILA = 23 cm
 Inferior : tidak ada deformitas, tidak sianosis, tidak pucat, tidak edema, tidak ada varices

13. Pemeriksaan Obstetrik :
KU: tampak pucat
Inspeksi :
Pipi : tidak tampak chloasma gravidarum pada kedua pipi
Mata : conjunctiva anemis
Thorax : tampak hiperpigmentasi papillae dan areola mammae, papilla mammae menonjol. Kelenjar mammae membesar, colostrum (+)
Abdomen : tidak terlihat striae gravidarum dan linea nigra
Ekstremitas : tidak ada oedem dan varices. Refleks patella normal

Palpasi abdomen:
Leopold I : TFU 4 jari caudal processus xyphoideus (23cm), pada fundus teraba bagian lunak
Leopold II : teraba janin tunggal, letak memanjang, puka (punggung janin di kanan, bagian kecil di sebelah kiri), HIS (-)
Leopold III : bagian terbawah janin teraba bulat, keras dan melenting, masih floating
Leopold IV : bagian terbawah janin belum masuk panggul (floating teraba 5/5 bagian)

Kesimpulan: janin tunggal, letak memanjang, puka, preskep, kepala teraba floating, HIS (-), DJJ (+) 138x/menit/teratur.

Alat Kelamin : tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Dalam:
Tidak dilakukan pemeriksaan

Status gizi :
Berat badan : 47 kg berat badan sebelum hamil = 37 kg
Tinggi badan : 152 cm
BMI = BB (kg) = 37 = 16,01 kg/m2
(TB)2 m (1,52)2=
2,3104
 underweight  kenaikan berat badan selama hamil sebaiknya 12,5 - 18,0 kg

LILA = 23
Kesimpulan status gizi : buruk

III.4. Pemeriksaan Penunjang
- Hb = 10,6 gr/dl
- USG (tidak dilakukan)

III.5 Diagnosis
Anemia pada primigravida UK 28+6 minggu dengan status gizi buruk.











III.6 Terapi
1. Non Farmakologis
Konseling gizi untuk ibu hamil
Kelompok bahan makanan: Porsi:
roti, serealia, nasi dan mi 6 piring/porsi
sayuran 3 mangkuk
buah 4 potong
susu, yogurt, dan atau keju 2 gelas
daging, ayam, ikan, telur dan kacang-kacangan 3 potong
lemak, minyak 5 sendok teh
gula 2 sendok makan
Berikut tabel contoh menu makanan dalam sehari bagi ibu hamil
Bahan makanan Porsi hidangan sehari Jenis hidangan
Nasi 5 + 1 porsi Makan pagi: nasi 1,5 porsi (150 gram) dengan ikan/ daging 1 potong sedang (40 gram), tempe 2 potong sedang (50 gram), sayur 1 mangkok dan buah 1 potong sedang
Makan selingan: susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang
Makan siang: nasi 3 porsi (300 gram), dengan lauk, sayur dan buah sama dengan pagi
Selingan: susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang
Makan malam: nasi 2,5 porsi (250 gram) dengan lauk, sayur dan buah sama dengan pagi/siang
Selingan: susu 1 gelas
Sayuran 3 mangkuk
Buah 4 potong
Tempe 3 potong
Daging 3 potong
Susu 2 gelas
Minyak 5 sendok teh
Gula 2 sendok makan

Variasikan menu tersebut dengan bahan makanan penukarnya sebagai berikut:
* 1 porsi nasi (100 gram) dapat ditukar dengan:
Roti 3 potong sedang (70 gram), kentang 2 biji sedang (210 gram), kue kering 5 buah besar (50 gram), mi basah 2 gelas (200 gram), singkong 1 potong besar (210 gram), jagung biji 1 piring (125 gram), talas 1 potong besar (125 gram), ubi 1 biji sedang (135 gram)
* 1 potong sedang ikan (40 gram) dapat ditukar dengan:
1 potong kecil ikan asin (15 gram), 1 sendok makan teri kering (20 gram), 1 potong sedang ayam tanpa kulit (40 gram), 1 buah sedang hati ayam (30 gram), 1 butir telur ayam negeri (55 gram), 1 potong daging sapi (35 gram), 10 biji bakso sedang (170 gram) dan lainnya.
* 1 mangkuk (100 gram) sayuran, di antaranya buncis, kol, kangkung, kacang panjang, wortel, labu siam, sawi, terong dan lainnya.
* 1 potong buah, seperti 1 potong besar papaya (110 gram), 1 buah pisang (50 gram), 2 buah jeruk manis (110 gram), 1 potong besar melon (190 gram), 1 potong besar semangka (180 gram), 1 buah apel (85 gram), 1 buah besar belimbing (140 gram), 1/4 buah nenas sedang (95 gram), 3/4 buah mangga besar (125 gram), 9 duku buah sedang (80 gram), 1 jambu biji besar (100 gram), 2 buah jambu air sedang (110 gram), 8 buah rambutan (75 gram),
2 buah sedang salak (65 gram), 3 biji nangka (45 gram), 1 buah sedang sawo (85 gram), dan lainnya.
* 2 potong sedang tempe (50 gram) dapat ditukar dengan:
Tahu 1 potong besar (110 gram), 2 potong oncom kecil (40 gram), 2 sendok makan kacang hijau (20 gram), 2,5 sendok makan kacang kedelai (25 gram), 2 sendok makan kacang merah segar (20 gram), 2 sendok makan kacang tanah (15 gram), 1,5 sendok makan kacang mete (15 gram), dan lainnya.
* 1 gelas susu susu sapi (200 cc) dapat ditukar dengan:
4 sendok makan susu skim (20 gram), 2/3 gelas yogurt nonfat (120 gram), 1 potong kecil keju (35 gram), dan lainnya.
* Minyak kelapa 1 sendok teh (5 gram) dapat ditukar dengan:
avokad 1/2 buah besar (60 gram), 1 potong kecil kelapa (15 gram), 2,5 sendok makan kelapa parut (15 gram), 1/3 gelas santan (40 gram), dan lainnya.
* Gula pasir 1 sendok makan (13 gram) ditukar dengan:
1 sendok makan madu (15 gram).7

2. Farmakologis
Suplemen biosanbe 1x1
Kalk 1x1










BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 ANALISA KASUS
Berdasarkan Anamnesa dan Pemeriksaan fisik pada pasien didapatkan diagnosa Anemia pada primigravida UK 28+6 minggu dengan status gizi buruk. Dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa Ibu menyadari selama kehamilan ini sering merasa lemas, lesu dan pusing, wajah terlihat pucat, nafsu makan turun dan cepat lelah. Keluhan-keluhan seperti ini dirasakan sejak usia kandungan 4 bulan. Walaupun pasien sudah rutin kontrol ke puskesmas dan mendapat tablet Fe yang diminum 1 kali setiap hari, namun keluhan tidak berkurang. Pasien mengaku tidak mengalami perdarahan selama kehamilan. Makanan yang dimakan biasa seperti sebelum hamil 3 - 4x sehari, lauk hanya dengan tahu dan tempe, jarang dengan ayam, daging atau hati juga tidak begitu menyukai sayuran hijau.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien yang tampak pucat, konjungtiva yang anemis, dari pengukuran LILA didapatkan 23 cm (<23,5 cm = KEK) dan dengan penghitungan BMI kenaikan berat badan selama hamil masih kurang, dimana seharusnya terjadi kenaikan 12,5 - 18,0 kg (kenaikan BB saat ini 10 kg), karena dari penghitungan BMI sebelum hamil, pasien termasuk underweight, kemudian dilakukan pemeriksaan hemoglobin didapatkan angka 10,6 gr/dl.

IV.2 ANALISIS KUNJUNGAN RUMAH
Kunjungan rumah dilakukan dua kali yaitu pada tanggal 8 dan 10 Januari 2009, berikut adalah hasil dari pengamatan home visit:


IV.2.1 Keadaan Rumah
a. Kondisi Pasien
Saat kunjungan rumah yang pertama dan kedua pasien mengaku lemas, lesu dan pusing, wajah pucat, nafsu makan turun dan cepat lelah
b. Pekerjaan
Pasien tetap melakukan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga seperti mencuci, menyetrika, memasak, tetapi tidak melakukan pekerjaan yang berat.
c. Keadaan rumah
- Lokasi : Rumah pasien terletak di Jl. Srikaloko, No. 48, RT 26/RW 05 Bugisan, Yogyakarta lokasi rumah pasien masuk kedalam gang dengan kepadatan penduduk yang normal, tidak terlalu berhimpitan karena rumah pasien dan rumah sekitar pasien masih memiliki halaman depan dan samping walaupun tidak luas.
- Bentuk bangunan : Rumah pasien tampak kokoh dengan dinding rumah dari tembok, bentuk rumah tidak bertingkat, lantai plesteran, atap rumah dari genteng dan mempunyai halaman depan dengan sumur di belakang rumah.
- Luas Rumah : ± 120 m2 (18,5x6,5) yang dihuni oleh 6 orang. Rata-rata 20 m2 per orang. Luas halaman rumah ± 13 m2.
- Pembagian Ruangan : terdapat 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga tempat pasien dan keluarganya menonton Televisi dengan ukuran ± 6 x 3 m2 sekalian untuk ruang makan, 2 kamar tidur dengan ukuran ± 1,5 x 3 m2 untuk setiap kamar tanpa pintu (hanya ditutupi korden), 1 dapur, 1 kamar mandi yang jadi satu dengan WC (pasien tidak memiliki meja dan kursi makan). 1 kamar gudang. Pembatas ruang berupa triplek dan bambu.
- Jendela Rumah : terdapat 1 buah jendela di ruang tamu dengan ukuran ± 0,5 x 1,5 m2 menghadap halaman depan, 1 jendela di kamar tidur dengan ukuran ±1 x 1,5 m2 menghadap ke halamam samping. 1 jendela di ruang keluarga dengan ukuran ±1 x 1,5. Satu kamar tidur lainnya tidak mempunyai jendela. Perbandingan jendela kurang dari 25% dari luas lantai.
- Pencahayaan : pencahayaan di rumah kurang cukup, sinar matahari tidak dapat menjangkau ruang tamu, di kamar tidur tidak berjendela, penerangan di rasa kurang karena untuk membaca tulisan di butuhkan cahaya lampu listrik pada siang hari. Daya listrik pada rumah tersebut sebsar 450 watt dan kurang cukup untuk keperluan sehari-hari pasien (lampu, pompa air, 1penghangat nasi dan 2 buah televisi).
- Ventilasi : tidak ada
- Kebersihan : kebersihan di dalam rumah buruk dan tata letak ruang dirasa tidak rapi.
- Sanitasi Dasar : Sumber air minum berasal dari sumur pompa listrik (sumur gali) yang terletak di belakang rumah, terdapat bibir sumur yang berlumut, dengan penutup sumur dari saringan kawat dan jerambah sumur tidak retak-retak. Terdapat 1 buah kamar mandi yang menyatu dengan WC dengan bentuk jamban jongkok. Terdapat septic tank yang berjarak ± 3 meter dari sumur, mempunyai tempat peresapan air berjarak ± 6 meter dari sumur, kemudian air dialirkan ke got dan menuju sungai. Got dibuat seperti gorong-gorong dan mengalir lancar, tertutup oleh cor-coran jalan, gorong-gorong ini dibersihkan setahun sekali. Sampah dimasukkan dalam karung yang dibuang setiap hari ke tempat pembuangan akhir, tidak mempunyai tempat sampah yang bertutup.
d. Kepemilikan Barang
Keluarga tersebut memiliki 2 buah sepeda motor (yamaha fizr, honda 700), 2 buah sepeda mini dan federal, kursi dan meja tamu, 2 buah televisi berwarna 14 inchi, 1 buah kipas angin, 2 tempat tidur kayu, 2 lemari pakaian, 1 lemari peralatan rumah tangga, peralatan dapur dan pompa listrik.
e. Keadaan Lingkungan Sekitar rumah
Keluarga mempunyai peresapan untuk jamban dengan jarak 6 meter dengan sumur gali, air limbah dari kamar mandi dan air pencucian lainnya langsung dibuang ke Selokan kecil didepan rumah pasien, selokan tersebut tampak mengalir ke sungai. Sampah dikumpulkan di karung tidak punya tempat sampah, dibuang tiap hari ke tempat pembuangan akhir sendiri. Jalan di depan rumah pasien terbuat dari aspal dengan lebar ± 5 meter. Kesan kebersihan lingkungan buruk.

IV.2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
A. Perilaku
1) Kebiasaan merokok
Suami dan kakak ipar yang tinggal serumah dengan pasien adalah perokok. Pasien mengaku tidak pernah merokok.
2) Persalinan
Pasien baru hamil ini
3) Asi Eksklusif
Pasien baru hamil ini, pasien berharap bisa memberikan asi eksklusif untuk anaknya ini nantinya.
4) Immunisasi
Pasien baru hamil ini
5) Balita ditimbang
Pasien baru hamil ini
6) Sarapan pagi
Pasien mempunyai kebiasaan menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya sebelum kerja, makanan yang dikonsumsi pagi hari biasanya nasi dengan lauk kadang memasak sendiri atau beli di warung seperti gudeg
7) Buah & Sayur
Keluarga pasien mempunyai kebiasaan makan buah secara teratur. Sedangkan sayuran biasanya ada di setiap menu masakan yang dikonsumsi setiap hari, namun pasien tidak terlalu menyukai sayuran hijau
8) Jaminan Kesehatan
Keluarga pasien mempunyai jaminan kesehatan (Jamkesmas) dan Jamsostek
9) Cuci tangan
Keluarga pasien terbiasa mencuci tangan sebelum makan dengan sabun, juga setelah BAB menggunakan sabun.

10) Gosok gigi
Keluarga pasien mempunyai kebiasaan menggosok gigi hanya pada saat mandi pagi dan sore, sedangkan pada malam hari sebelum tidur dan setelah makan tidak menggosok gigi.
11) Olahraga
Pasien setiap pagi sering melakukan jalan santai dengan suami di sekitar kompleks rumah

B. Lingkungan :
12) Jamban
Kamar mandi berlantai semen sekaligus dengan jamban yang digunakan oleh seluruh anggota keluarga. Jarak antara sumber air dan septik tank 3 meter, jarak sumber air dan peresapan 6 meter. Jamban berupa jaman jongkok, terdapat bak berisi air, bak mandi sudah berlumut, tidak terdapat jentik nyamuk.
13) Sumber air bersih
Jenis air yang digunakan untuk minum dan keperluan lainnya diperoleh dari air sumur. Sumur yang digunakan tertutup saringan kawat dengan jerambah tidak retak-retak. Air diambil dengan menggunakan pompa listrik. Apabila listrik mati maka ditimba secara manual dengan ember dan ember digantung ke atas lagi. Air kamar mandi cukup bersih, bak kamar mandi terdapat lumut, bebas jentik nyamuk, air tidak berbau.
14) Tempat sampah
Sampah dimasukkan dalam karung yang dibuang setiap hari ke tempat pembuangan akhir, tidak mempunyai tempat sampah yang bertutup.
15) SPAL
Saluran Pembuangan Air Limbah dialirkan langsung ke selokan gorong-gorong yang mengalir ke sungai
16) Ventilasi
Tidak ada ventilasi
17) Kepadatan
Luas rumah ± 120 m2 (18,5x6,5) yang dihuni oleh 6 orang. Rata-rata 20 m2 per orang. Sedangkan noormalnya kepadatan untuk sebuah rumah ideal adalah 8,5 m2 / jiwa.
18) Lantai
Lantai rumah plesteran dan terkesan lembab, karena ventilasi dan pencahayaan di dalam rumah sangat kurang.

IV.3 ANALISA KEDOKTERAN KELUARGA
IV.3.1 Nilai APGAR Keluarga
Nilai APGAR keluarga merupakan suatu cara untuk menentukan sehat atau tidaknya suatu keluarga. Variabel yang digunakan untuk menentukan nilai APGAR keluarga ini adalah :
1. Adaptasi (Adaptation)
Penilaian : dinilai dari tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang diperlukan
2. Kemitraan (Partnership)
Penilaian : dari tingkat kepuasan anggota keluarga berkomunikasi, bermusyawarah dalam mengambil keputusan dan atau menyelesaikan suatu masalah.
3. Pertumbuhan (Growth)
Penilaian : dilihat dari tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan setiap anggota keluarga.
4. Kasih sayang (Affection)
Penilaian : dilihat dari tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga.


5. Kebersamaan (Resolve)
Penilaian : dilihat dari tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang antar keluarga.
APGAR Score :
8-10 : fungsi keluarga sehat
4-7 : fungsi keluarga kurang sehat
0-3 : fungsi keluarga sakit
Score APGAR Keluarga
KRITERIA PERTANYAAN Respons
Hampir
Selalu
(2) Kadang
(1) Hampir
tidak
pernah
(0)
Adaptasi Apakah pasien puas dengan keluarga karena masing-masing anggota keluarga sudah menjalankan kewajiban sesuai dengan seharusnya √
Kemitraan Apakah pasien puas dengan keluarga karena dapat membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi √
Pertumbuhan Apakah pasien puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga untuk mengembangkan kemampuan yang pasien miliki √
Kasih sayang Apakah pasien puas dengan kehangatan / kasih sayang yang diberikan keluarga √
Kebersamaan Apakah pasien puas dengan waktu yang disediakan keluarga untuk menjalin kebersamaan √
Total 9
Kesimpulan Fungsi keluarga sehat
IV.3.2 SCREEM
SCREEM adalah alat yang digunakan untuk menilai sumber daya dalam keluarga.
Aspek Sumber daya Patologi
Sosial Kehamilan pada awalnya disembunyikan dari teman-teman dan tetangga, tetapi saat ini mulai banyak yang mengetahui, pasien merasa minder dengan kehamilannya yang di luar nikah, walaupun sekarang sudah menikah tetapi pasien merasa tidak nyaman dengan keadaannya saat ini, pasien merasa malu dan rendah diri di lingkungannya.
Kultural Walaupun keluarga pasien adalah orang Jawa dan menganut budaya Jawa, namun Ibu pasien lebih memberi kebebasan penuh pada pasien dan pasien menyadari kebebasan yang diberikan oleh orang tuanya tidak digunakannya dengan baik dan berakibat buruk
Religius Pasien tidak rutin menjalankan kewajiban sebagai penganut agama Islam seperti sholat dan mengaji
Ekonomi - Pasien mendapat uang dari suami
Pendidikan Pasien Tamat SMP dan sedang cuti SMK, dari sekolah memberi ijin untuk meneruskan sekolah setelah kelahiran bayinya
Kesehatan - Rutin makan suplemen dari puskesmas
- Menggunakan fasilitas jaminan kesehatan untuk berobat ke puskesmas



IV.3.3 Genogram







































IV.3.4 Siklus Kehidupan Keluarga
Tahapan siklus kehidupan Tugas-tugas Perkembangan Implikasi pada kesehatan
Tahap Awal Perkawinan (newly married) menurut Duvall dimana pasangan baru saja menikah dan belum mempunyai anak Pasien dalam tahapan belajar mengelola keluarga dan mengenal suami serta keluarganya. Sumber finansial keluarga untuk mendukung pengeluaran sehari-hari berasal dari penghasilan suami sebagai distributor obat. Pernikahan yang terjadi karena adanya kehamilan sebelumnya dirasa berat oleh pasien pada awalnya, tetapi saat ini mulai menerima keadaannya Masalah kesehatan yang muncul karena banyaknya stressor pada awal pernikahan ini menyebabkan pasien kurang memperhatikan asupan gizi selama hamil sehingga terjadi anemia dan gizi tidak terpenuhi
IV.4 DAFTAR ANGGOTA KELUARGA
Nama Kedudukan dalam keluarga L/P umur pendidikan pekerjaan Ket.
Widi Sancoko
Kepala keluarga L 25 th SMA Distributor obat -
Gaurani Sanchi Istri P 17 th SMP Ibu rumah tangga Pasien
Mulyadi Suami kakak Widi L 46 th SMA Karyawan swasta -
Suwarni Kakak Widi P 38 th SMA Ibu rumah tangga -
Alfi Anak keluarga Mulyadi P 15 th SD Siswa -
Bagas Anak keluarga Mulyadi L 8 th TK Siswa -

IV.5 Denah dan Peta Petunjuk Rumah







































IV.6 Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga
IV.6.1 Fungsi Biologik dan Reproduksi
Pasien menikah satu kali (menikah karena kehamilan yang tidak diinginkan), mempunyai suami dan sedang hamil anak pertama
IV.6.2 Fungsi Afektif / psikologik
Hubungan antar anggota keluarga : Tidak terdapat kerenggangan hubungan antara pasien dengan mertua, suami, kakak ipar, dan anak-anaknya. Tidak tampak adanya gangguan komunikasi dalam keluarga. Keluarga pasien menerima keadaan pasien walaupun pada awalnya sangat menentang.
Hubungan pasien dengan tetangga : tidak ada masalah dalam bermasyarakat, pasien masih merasa minder dan rendah diri akan kehamilannya dan berusaha mennyembunyikannya, namun akhirnya mulai banyak yang mengetahui.
IV.6.3 Fungsi Ekonomi
Sumber penghasilan utama di keluarga berasal dari suami pasien sebagai distributor obat
IV.6.4 Fungsi Pendidikan
Pasien adalah lulusan SMP, sedang menjalani sekolah (SMK) namun sebab kehamilan berhenti sekolah (cuti) selama 1 tahun ini. Pihak sekolah mengetahui dan memberi ijin, pengetahuan tentang kehamilannya kurang. Pasien mengetahui pendidikan sex dari sekolah dirasa kurang
IV.6.5 Fungsi Religius
Kehidupan beragama pasien kurang baik, ditunjukkan pasien menjalankan ibadah sholat 5 waktu tidak rutin dan pasien jarang mengikuti pengajian di masjid didekat tempat tinggalnya setiap kamis malam.

IV.6.6 Fungsi Sosial dan Budaya
Pasien jarang mengikuti kegiatan arisan yang diselenggarakan di daerah Tempat tinggal pasien.

IV.7 IDENTIFIKASI PSP (PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU)
IV.7.1 Pengetahuan sikap dan perilaku keluarga tentang kebutuhan dasar
• Perencanaan reproduksi. Pasien tidak mengetahui perencanaan kehamilan, pendidikan sex kurang. Pasien tidak mengetahui penggunaan kontrasepsi yang aman.
• Pencegahan penyakit. Usaha pencegahan penyakit cukup baik karena pasien rutin memeriksakan diri secara teratur untuk mengontrol penyakitnya, pasien memeriksakan diri ke dokter atau puskesmas jika ada anggota keluarga yang sakit.
• Gizi keluarga. Untuk pola konsumsi gizi pasien, frekuensi makan rata-rata 3-4 kali sehari dengan menu nasi, lauk pauk (tempe, tahu, telur kadang-kadang ikan), pasien tidak menyukai sayur-sayuran hijau dan terkadang minum susu walaupun tidak rutin.
• Higiene dan sanitasi lingkungan. Higiene dan sanitasi lingkungan buruk, dimana ukuran rumah ± 18,5x6,5 meter, dengan ruang tamu, ruang keluarga, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi dan dapur. WC terletak di belakang rumah, jarak septic tank dan peresapan dengan sumur < 10 m. Ventilasi tidak ada dan pencahayaan di rumah kurang.

IV.7.2 Pengetahuan sikap dan perilaku tentang kesehatan lain.
• Penggunaan pelayanan kesehatan. Penggunaan pelayanan kesehatan cukup baik, dimana pasien dan kelurganya selalu menggunakan fasilitas pelayanan puskesmas jika ada anggota keluarga yang sakit.
• Perencanaan dan pemanfaatan fasilitas pembiayaan kesehatan. Pasien memiliki Kartu jamkesmas dan jamsostek.





IV.8 Identifikasi Masalah Keluarga dan Perencanaan Pembinaan Keluarga
Identifikasi masalah yang ditemukan saat kunjungan rumah dapat dilihat pada tabel. Setelah dilakukan identifikasi masalah yang dihadapi oleh keluarga pasien, kemudian dilakukan rencana intervensi untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh pasien dan keluarganya.
No. Masalah yang dihadapi Rencana pembinaan Sasaran pembinaan
1. Kehamilan di luar nikah
Edukasi pasien mengenai keluarga dan kehamilan yang harus diterima dengan segala keadaannya dan perawatan kehamilan Pasien dan seluruh anggota keluarganya
2. Diet kurang Edukasi mengenai diet khusus untuk ibu hamil ditambah frekuensi makan Pasien dan seluruh anggota keluarganya
3. Fungsi afektif Edukasi mengenai pentingnya jalinan kasih sayang terutama anggota keluarga yang tinggal serumah sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien Pasien dan seluruh anggota keluarganya









Rencana dan Pelaksanaan Program
NO WAKTU KEGIATAN SASARAN HASIL
1 Kamis, 08 Januari 2009 - Identifikasi masalah, meliputi fungsi keluarga, kondisi lingkungan
- anamnesa, dan pemeriksaan fisik Pasien dan keluarga Didapat data-data yang mendukung factor resiko penyakit pasien, menilai status keluarga dan kondisi lingkungan

2 Sabtu, 10 Januari 2009 - Follow up pasien
- Konseling dan edukasi tentang penyakit pasien, factor penyebab, asupan gizi dan pola hidup sehat serta pentingnya pemeriksaan rutin ibu hamil ke pelayanan kesehatan Pasien dan keluarga Pasien mulai paham tentang anemia yang dideritanya dan mulai paham tentang asupan gizi yang tepat untuk ibu hamil, PHBS dan akan berusaha untuk melaksanakannya.

IV.9 DIAGNOSA KEDOKTERAN KELUARGA
a. Bentuk keluarga : Extended family, pasien tinggal dengan keluarga dari kakak suami dan anak-anaknya
b. Fungsi keluarga yang terganggu : fungsi reproduksi, sosialisasi dan pendidikan
c. Fungsi yang mempengaruhi : fungsi afektif, fungsi religi, fungsi pendidikan, fungsi sosial budaya.
d. Fungsi yang dipengaruhi : fungsi reproduksi


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Dari hasil kunjungan rumah pada pasien anemia pada primigravida dengan permasalahan MBA yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Faktor resiko yang ditemukan pada pasien adalah faktor perilaku, faktor pendidikan, faktor sosial.
2. Pemberian diet tepat untuk ibu hamil yang diberikan harus diikuti dengan edukasi pada pasien dan keluarga agar lebih meningkatkan hasil disertai pemberian suplemen Fe.
3. Fungsi-fungsi keluarga sudah baik dan termasuk keluarga sehat (nilai APGAR = 9).
4. Fungsi yang terganggu dalam keluarga pasien adalah fungsi religius, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan sehingga terjadi kehamilan di luar nikah. Pendidikan yang kurang mengenai kehamilan meningkatkan kejadian anemia dan meningkatkan ketidakpatuhan minum obat suplemen
5. Kurangnya edukasi tentang sex bebas di luar nikah dan religi yang kurang

SARAN
1. Edukasi dan motivasi pasien sangat penting untuk mencegah komplikasi dari anemia pada ibu hamil
2. Memotivasi pasien agar dapat menerapkan pola diet sehat untuk ibu hamil.
3. Memotivasi pasien agar dapat mengatasi dan menghindari stressor-stressor psikososial yang dihadapi pasien.
4. Pengoptimalan terapi baik dengan terapi nonfarmakologis maupun terapi farmakologis dalam mengatasi penyakit pasien.





DAFTAR PUSTAKA
1. Anonym.(2008). Profil Kesehatan Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2008. Yogyakarta
2. Cunningham, FG et all. (2006). Obstetri William Edisi 21 volume 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
3. Cunningham, FG et all. (2006). Obstetri William Edisi 21 volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
4. Prawirohardjo et all. (2005). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Satu dari Dua Orang Indonesia Menderita Anemia. www.depkes.go.id
6. Hariadi, R. (2004). Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Himpunan Kedokteran Fetomaternal. Surabaya.
7. Bardosono,S. (2007). Gizi tepat Saat Hamil. www.Futabashou534multiply.com

No comments:

Post a Comment