Friday, October 2, 2009

Kasus Schizofrenia Tak Terinci

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. L.A.M
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : tidak bekerja
Status Pernikahan : Belum Menikah
Agama : Katholik
Alamat : Wonosari, Jeruk Agung, Srumbung Magelang
Tanggal Pemeriksaan : 13 April 2009
Masuk Rawat Inap RSSM : 11 April 2009
Rawat Inap RSSM yang ke: 15

II. ALLOANAMNESA
Nama : Bp. Agha
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Hubungan : kakak kandung
Sifat Kenal : Sangat Dekat
Alamat : Wonosari, Jeruk Agung, Srumbung Magelang Tanggal Pemeriksaan : 13 April 2009



A. SEBAB DIBAWA KE RUMAH SAKIT
KELUHAN UTAMA: marah-marah dan mengancam membunuh keluarga sejak 5 HSMRS
KELUHAN TAMBAHAN:
- Tidak bisa tidur
- Mudah tersinggung
- Mengamuk dan merusak alat-alat rumah tangga
- Mengurung diri
- Hubungan sosial terganggu
- Malas bekerja
- Gelisah
- Mendengar suara-suara
- Melihat bayangan-bayangan hitam
- Curiga

B. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Data diperoleh dari autoanamnesa, alloanamnesa dan rekam medis RSSM.

16 tahun yang lalu, pasien pernah masuk RSJ Magelang untuk pertama kalinya dan kambuh-kambuhan hingga sekarang dengan berbagai macam penyebab, baik karena masalah yang ringan maupun berat. Gejala pertama yang menyebabkan pasien mengalami gangguan jiwa 16 tahun yang lalu adalah karena rencana pernikahan yang gagal. Pasien sekeluarga menganut agama Katholik dan keluarga pasangan laki-laki adalah Islam, dari ibu pasien tidak menyetujui rencana pernikahan tersebut, padahal sudah ada acara pertemuan antara kedua belah pihak. Pasien walaupun dilarang tetap menyusul calon suaminya ke Jakarta dengan alasan ikut kerja disana, tetapi kurang lebih 3 bulan di Jakarta kemudian pulang ke rumah, pasien menjadi murung, banyak diam, mengurung diri di kamar. Pasien mondok kurang lebih 3 bulan dan berobat jalan sampai sembuh. Saat keadaan pasien membaik pasien tidak mau minum obat rutin dan tidak mau control, sehingga kambuh lagi

14 tahun yang lalu pasien kambuh lagi, dalam satu tahun kambuh 2x dengan selang waktu kurang lebih 3 bulan, kambuhan ini disebabkan karena ibu pasien mendadak meninggal, kemungkinan disebabkan karena sakit jantung. Pasien merasa ditinggalkan ibu pasien yang menentang rencana pernikahannya. Pasien menanyakan ke kakak tentang pesan terakhir dari ibu, kakak pasien mengatakan pesannya agar pasien tidak nakal. Pesan tersebut diartikan pasien, bahwa ibu menganggap dirinya adalah anak nakal sehingga menyebabkan keluarga tidak mau menerima rencana pernikahannya. Muncul kembali gangguan seperti murung, diam dan mengurung diri. Pasien dirawat selama 2 minggu dan kambuh lagi 3 bulan kemudian karena teringat kematian ibunya dan mondok selama 2 bulan, pasien setelah sembuh menjalani obat rutin dan control setiap obat habis.

12 tahun yang lalu, pasien kambuh lagi karena teringat dengan rencana pernikahannya yang gagal saat menghadiri acara pernikahan saudaranya. Sepulang dari acara pernikahan saudara, pasien mendadak diam, murung, muncul gangguan seperti sebelumnya. Pasien merasa diingatkan dengan rencana pernikahan yang gagal sehingga kembali mondok di RSJ Magelang selama 4 bulan sampai sembuh. Setelah sembuh pasien terus berobat rutin dan rajin control.

10 tahun yang lalu pasien kembali mondok, dalam tahun ini pasien mondok hingga 2x dengan jarak kambuhan 1 bulan. Hal ini disebabkan karena ayah pasien menikah lagi dan memberi tekanan kepada pasien, dimana pasien merasa kehilangan sosok ayah. Ayah seperti direbut oleh ibu tiri, pasien memilih tinggal dengan kakak bukan dengan ayah dan ibu tirinya. Gejala yang muncul sama, pasien murung, diam dan mengurung diri sehingga keluarga membawa kembali ke RSJ hingga sembuh tetapi kemudian kambuh lagi 1 bulan kemudian karena bermasalah dengan ayah pasien. Pasien menuntut mempunyai rumah sendiri, tidak ingin tinggal dengan ayah pasien maupun kakak pasien. Tapi keinginan tidak bisa terealisasikan cepat sehingga kambuh lagi.

9 tahun yang lalu, rumah yang dibangun untuk pasien dan kakaknya sudah jadi, namun perbaot-perabotnya belum lengkap. Pasien meminta kepada ayah untuk membelikan perabot-perabot rumah tangga, namun karena biaya juga pas-pasan ayah pasien tidak bisa menuruti kemauan pasien, sehingga muncul lagi gangguan yang sama dengan sebelumnya. Pasien mondok ke RSJ Magelang selama 1 bulan hingga sembuh dan terus minum obat rutin.

8 tahun yang lalu pasien saat ditinggal pergi oleh keluarga, pasien sendiri di rumah. Melakukan percobaan bunuh diri gantung dengan selendang. Namun, selendang yang dipakai usang, sehingga pasien selamat. Sepulang keluarga dari bepergian, mendapati hal tersebut, segera membawa ke RSJ lagi, ditakutkan pasien melakukan bunuh diri lagi. Alasan pasien ingin bunuh diri, informasi dari keluarga tidak mengetahui dan pasien merasa bingung mengapa ingin bunuh diri saat itu. Saat itu pasien dirawat hingga 3 bulan.

6 tahun yang lalu, pasien tinggal dengan kakak, namun kadang-kadang berkunjung ke rumah ayah. Pasien merasa tidak nyaman jika dengan ayahnya, sering bertengkar dan sampai menyebabkan kambuhan tersebut. Kakak pasien yang dianamnesis sudah lupa dengan permasalahan tersebut. Pernah bertengkar hebat, pasien mendadak muncul gangguan seperti sebelumnya dan dimondokkan hingga 3 bulan. Pasien sembuh dan sempat dititipkan di suster gereja hampir 2 tahun. Di tempat suster gereja itu pasien mengenal laki-laki dan sampai akrab.

5 tahun yang lalu pasien kambuh lagi disebabkan karena laki-laki yang dikenal di suster tersebut saat mau dikenalkan dengan keluarga dan keluarga calon tersebut, tiba-tiba pasien mengamuk dan marah-marah saat perkenalan tersebut. Pasien masih ingat dengan pacarnya yang dulu di Jakarta, sehingga muncul gangguan lagi, sehingga dibawa lagi ke RSJ Magelang dan dirawat sampai 2 bulan. Rencana pernikahan tersebut gagal untuk kedua kalinya.

3 tahun yang lalu pasien kembali mondok, dan tahun tersebut juga sampai kambuh 2x dalam setahun. Pasien mempunyai adik angkat (dulunya bayi yang dibantu kelahirannya oleh almarhum ibu pasien dan dirawat oleh ayah pasien sampai sekarang), tetangga-tetangga pasien mengolok-ngolok pasien agar menikah saja dengan adik angkatnya, kakak pasien dan ayah tidak menyetujui karena adik angkat itu bagaimanapun juga sudah seperti anak sendiri dan tidak bisa walaupun adik angkatnya menyetujui. Pasien muncul lagi gangguan dari yang murung, diam, hingga marah-marah dan membanting meja seperti almari dan alat-alat rumah tangga. Pasien dirawat kembali dan kambuh lagi dalam tahun yang sama, karena bermasalah dengan ayah, tetapi kakak pasien tidak tahu masalahnya apa.

2 tahun yang lalu pasien sempat berkenalan dekat dengan sesama pasien laki-laki di RSJ. Kakak pasien berniat ingin menjodohkan dengan pasien apabila saling menyukai, namun di tengah perkenalan dengan keluarga calon, calon tersebut menghilang tiba-tiba tanpa meninggalkan pesan, pasien merasa gagal lagi, pasien mendadak marah-marah dan teringat rencana pernikahannya yang gagal sebelum-sebelumnya, sehingga pasien hingga kambuh lagi.

2 bulan yang lalu pasien sudah terlambat control 2 bulan. Pasien tidak mau control karena merasa sehat dan baikan. Pasien masih mau bekerja ke sawah dan membantu memasak kakak ipar, namun suatu hari pasien mendadak diam, murung setelah cekcok dengan ayah, pasien minta uang tetapi tidak diberi oleh ayah. Kakak pasien mengecek kotak obat, didapati obat yang biasa diminum ternyata utuh, kakak pasien curiga dengan keadaan pasien yang menjadi mudah tersinggung, cepat marah apalagi dengan ayah, bahkan karena masalah kecil seperti masakan, pasien mengaku kepada kakak mendengar suara-suara bisikan, pasien juga sempat mengatakan sudah beragama Islam, tetapi sadar tidak melakukan salat, dan juga tidak pernah ke gereja. Malam sebelum dibawa ke rumah sakit pasien mandi lebih 2x pada malam hari dan keesokan harinya mengamuk, sehingga pasien dibawa ke rumah sakit dengan keadaan terikat. Kakak pasien merasa ada perbedaan dibandingkan dengan gejala-gejala sebelumnya yang tidak sampai mengamuk. Pasien dirawat kurang lebih sebulan dan membaik. Di rumah pasien sudah agak tenang karena tinggal dengan kakak pasien. Pasien mau melakukan pekerjaan ke sawah salak, membantu memasak kakak ipar dan rajin minum obat. Kakak pasien merasa kehadiran ayah akan membuat pasien mudah tersinggung. Pasien tenang hingga 5 HSMRS.

5 hari SMRS pasien berkunjung ke rumah ayah, sudah seperti yang diperkirakan kakak, pasien bercek-cok dengan ayah, setelahnya tiba-tiba diam dan murung sendiri di kamar. Pasien mengancam ingin membunuh ayah nya setiap kali keinginannya tidak dipenuhi. Pasien mau minum obat tetapi masih mudah tersinggung. Malam sebelum dibawa ke rumah sakit pasien mandi hingga 3x, keesokan harinya (Hari pasien dibawa ke rumah sakit) pasien marah-marah dan mengamuk. Meja dan almari dihancurkan, selain mengancam ingin membunuh ayah, pasien juga ingin membunuh anak kakaknya. Pasien di rumah merasa curiga dengan tetangga-tetangga dan keluarga, pasien merasa mereka membenci dan iri hati pada pasien. Karena takut membahayakan keluarga, pasien dibawa ke RSJ lagi.
Saat dianamnesis Pasien mengatakan sering dibisiki suara-suara Yesus agar pasien tenang. Ketika ditanya Yesus siapa, pasien menjawab bahwa Yesus adalah pacarnya, pasien merasa tenang dengan mengingat Yesus, sering mengobrol dengan Yesus mengenai kehidupan rumah tangga. Pasien mengaku ingin menikah dan mempunyai anak, merawat anak, ingin memiliki kehidupan keluarga seperti kakaknya. Pasien juga melihat bayang-bayang hitam yang dianggapnya gendruwo sering mengganggunya jika malam hari bahkan bayangan itu mengikuti sampai di rumah sakit. Pasien tidak ingin pulang, senang berada di rumah sakit cinta Magelang, karena di rumah sakit cinta banyak mendapat kasih sayang dan perhatian dari perawat dan dokter. Saat melihat laki-laki lewat pasien akan bercerita laki-laki yang lewat itu mirip dengan pacarnya yang dahulu, tetapi tidak pernah jadi menikah. Pasien berulang-ulang mengatakan ingin menikah, mempunyai anak dan merawat anak. Bahkan ketika ditanya hal lain pasien menjawab dengan keinginannya menikah. Pasien tidak suka melihat acara gossip di tivi karena banyak menampilkan pasangan-pasangan yang akan menikah membuatnya iri. Pasien mengatakan pernah masuk di acara tivi, tetapi pasien tidak bisa menjelaskan acara apa dan menampilkan apa.

C. HAL – HAL YANG MENDAHULUI SAKIT
1. Faktor Organis
- Medis Umum
Tidak didapatkan riwayat penyakit demam Tifoid. Tidak didapatkan riwayat kejang dan trauma kapitis. Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung dan Tuberculosis.
- Penyalahgunaan Napza
Tidak didapatkan riwayat penyalahgunaan obat dan konsumsi alkohol.

2. Faktor Psikososial
- Kepribadian Premorbid
Pasien dalam keseharian sebelum muncul gangguan jiwa, dikenal sebagai pribadi yang tertutup, pendiam, cuek dan penyendiri terutama jika ada masalah. Pasien lebih menyukai aktivitas di rumah, tidak suka ketemu dengan tetangga. Pasien mempunyai sedikit teman.

- Kasih Sayang
Menurut kakak, keluarga pasien hangat dan memperhatikan pasien dengan baik sejak kecil.
- Sosial Ekonomi
Kehidupan ekonomi pasien cukup
- Faktor Predisposisi
Berdasarkan keterangan di atas, terdapat beberapa faktor yang memungkinkan menjadi faktor predisposisi kondisi pasien sekarang, antara lain :
a. Ciri kepribadian schizoid
b. Masalah keluarga dan status belum menikah pasien

D. RIWAYAT KELUARGA
1. Pola Asuh Keluarga
Pasien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Pasien tinggal bersama keluarga kakak kandung dan kadang ikut dengan ayah pasien, mendapatkan kasih sayang dan perhatian sebagaimana mestinya. Hubungan dengan anggota keluarga lainnya berjalan cukup baik. Pasien tidak menyukai almarhum ibu kandungnya, karena menentang rencana pernikahannya, dan kematian ibunya yang tiba-tiba membuat pasien merasa ditinggalkan. Ayah pasien kemudian menikah lagi, sejak itu pasien sering bermasalah dengan ayahnya, sikap ayah sering disalah artikan pasien, sampai membuat pasien terpancing marah dan teringat masalah-masalah yang dahulu sehingga sering kambuh






2. Silsilah Keluarga























Keterangan:

= Laki-laki


= Wanita

= Pasien


= Tinggal serumah

= Mempunyai gangguan jiwa sejak kecil

= Pernah mengalami gangguan jiwa depresi




RIWAYAT PRIBADI (ALLOANAMNESIS)
1. Masa prenatal dan perinatal
Pasien lahir di rumah ditolong oleh dukun. Tidak ada kelainan selama kehamilan, lahir cukup bulan dan tidak ada kesulitan selama persalinan. Pasien merupakan anak yang diinginkan, keluarga pasien bahagia atas kelahiran pasien.
2. Masa kanak-kanak
- Masa kanak awal (0-3 tahun)
Pasien mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usia. Pasien minum ASI sejak bayi sampai umur 2 tahun. Sikap orang tua merawat pasien dengan penuh kasih sayang.
- Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tinggal bersama orang tua dan mendapat perhatian yang sama. Pasien masuk SD umur 6 tahun dan tidak pernah tinggal kelas. Pasien mempunyai banyak teman dan ceria.
- Masa kanak akhir dan remaja (11-18 tahun)
Pasien masuk SMP saat umur 12 tahun dan tidak pernah tinggal kelas. Perkembangan pasien sama seperti anak remaja lainnya. Pasien melanjutkan sekolahnya hingga lulus SMA. Setelah SMA pasien lebih suka menyendiri, pasien tidak mempunyai teman sebanyak waktu SMP.
3. Perkembangan jiwa
Pasien dibesarkan dalam keluarga yang harmonis dan mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya.
4. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SMA dengan riwayat prestasi baik. Pasien tidak pernah tinggal kelas. Pasien pernah ingin melanjutkan kuliah tetapi tidak bisa karena alasan biaya.
5. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah kerja sebagai tani di sawah salak milik ayahnya. Pasien jarang melakukan pekerjaan rumah tangga.
6. Hubungan Sosial
Sebelum terjadi perubahan perilaku, hubungan pasien dengan keluarga, saudara, tetangga, maupun dengan teman cukup baik (tidak ada masalah). Setelah timbul gangguan perilaku, hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat kurang baik.
7. Kegiatan Moral Spiritual
Pasien adalah penganut agama Katholik dan cukup rajin menjalankan ibadah. Tapi setelah mengalami gangguan perilaku, pasien jarang melaksanakan ibadah ke Gereja
8. Kebiasaan
Pasien tidak memiliki kebiasaan khusus.
9. Gambaran Kepribadian
Pasien dikenal sebagai pribadi yang tertutup, pendiam, cuek dan penyendiri terutama jika ada masalah. Pasien lebih menyukai aktivitas di rumah, tidak suka ketemu dengan tetangga dan jarang bersosialisasi dengan tetangga. Pasien cenderung memiliki ciri kepribadian schizoid
10. Sifat Alloanamnesis Dapat dipercaya.










E. Grafik Perjalanan Penyakit





























Keterangan:
A. Tahun 1993 pasien dirawat untuk pertama kali di RSJ Magelang, penyebab munculnya gangguan karena rencana pernikahan yang gagal karena tidak disetujui ibu.
B. Tahun 1995 dirawat untuk ke 2 kalinya, penyebab kambuh karena ibu pasien meninggal dunia, pasien kehilangan sosok ibu, di benak pasien, ibu menganggap dirinya anak nakal.
C. Tahun 1995 dirawat untuk ke 3 kali, karena masih teringat dengan kematian ibu
D. Tahun 1997 dirawat untuk ke 4 kali, karena teringat akan rencana pernikahan yang gagal saat diajak ke pernikahan saudara
E. Tahun 1999 dirawat untuk ke 5 kali, pasien kambuh lagi karena ayah pasien menikah lagi, pasien merasa kehilangan sosok ayah seperti direbut ibu tiri
F. Tahun 1999 dirawat untuk ke 6 kali, kambuh karena bermasalah dengan ayah
G. Tahun 2000 dirawat untuk ke 7 kali, penyebab kambuhan karena tidak dibelikan perabot rumah
H. Tahun 2001 dirawat ke 8 kalinya karena pasien mencoba bunuh diri dengan gantung
I. Tahun 2003 dirawat ke 9 kali, kambuh lagi akibat bertengkar dengan ayah
J. Tahun 2004 dirawat sudah ke 10 kalinya, disebabkan karena pasien akan mengenalkan calon pasangan baru, tetapi mendadak muncul gangguan lagi, sehingga rencana pernikahan gagal lagi untuk ke 2 kalinya
K. Tahun 2006 dirawat ke 11 kali karena ada olokan-olokan dari tetangga agar pasien menikah dengan adik angkatnya
L. Tahun 2006 dirawat ke 12 kali karena bermasalah lagi dengan ayah
M. Tahun 2007 dirawat ke 13 kali pasien gagal lagi mau menikah untuk ke 3 kali
N. Tahun 2009 bulan Februari, dirawat lagi ke 14 kali, pasien tidak rutin kontrol, obat masih utuh, pasien mudah marah dan tersinggung dengan ayah
O. Bulan April tahun 2009 dirawat lagi ke 15 kali, belum sebulan di rumah, pasien mudah marah dan mengamuk sejak 5HSMRS. Pasien juga mengancam akan membunuh ayah dan keponakannya, sehingga dibawa lagi ke RSJ Magelang lagi.

III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Internus
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5° C
Kepala : Mesocephal
Mata : Konjungtiva Anemis (-), Sklera Ikterik (-), Pupil kanan
dan kiri Isokor
Lidah : Tidak kotor
Leher : Deviasi Trachea (-), Struma (-)
Dada
Paru : Simetris, Vesikular, Ronkhi (-),
Wheezing (-)
Jantung : Ictus Cordis tak tampak, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen : Supel, Hepar dan Lien tidak teraba,
bising usus (+) normal
Ekstremitas : Tonus dan pergerakan normal


b. Status Neourologik
Nervus Cranial : Dalam batas normal (DBN)
Reflek – reflek :
a. Reflek Fisiologis : Dalam batas normal
b. Reflek Patologis : Dalam batas normal

c. Status Psikiatrik
Pemeriksaan dilakukan tanggal 13 April 2009
A. Deskripsi Umum

1. Penampilan
Perempuan, sesuai umur, rawat diri baik, status gizi cukup, tampak bingung, mondar mandir dan curiga
2. Kesadaran
Compos mentis
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Hiperaktif
4. Pembicaraan
Pasien berbicara apabila ditanya dan volume suara normal
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kurang Kooperatif

B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, ekspresi Afektif (Hidup Emosi) serta empati

1. Afek (Mood)
Mood: disforik
Afek : tumpul
2. Ekspresi Afektif
Tumpul
3. Roman muka
Sedikit mimik
4. Empati (Einfuhlung)
Dapat ditarik, dapat dicantum

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)

1. Taraf Pendidikan, Pengetahuan dan Kecerdasan
Lulusan SMA, kecerdasan kurang.
2. Daya Konsentrasi
Baik dengan hitungan angka
3. Orientasi:
- Waktu : Baik, pasien dapat membedakan pagi, siang dan malam
- Tempat : Buruk, pasien merasa di rumah sakit cinta Magelang
- Orang : Baik, pasien mengenal dokter-dokter dan perawat
- Situasi : Baik, pasien mengetahui saat ax di bangsal sepi
4. Daya Ingat
- Segera : Baik
- Jangka pendek : Baik
- Jangka panjang : Baik
- Akibat hendaya daya ingat (inpairment) pada pasien tidak terganggu
5. Pikiran Abstrak
Kurang
6. Bakat Kreatif
Tidak Ada
7. Kemampuan Menolong Diri Sendiri
Pasien mampu melakukan activity daily living



D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi Dan Ilusi
- Halusinasi visual : ada
- Halusinasi auditorik : ada
- Halusinasi olfaktori : tidak ada
- Ilusi : tidak ada
2. Depersonalisasi Dan Derealisasi
- Depersonalisasi : ada
- Derealisasi : tidak ada

E. Proses Pikir
1. Arus Pikiran
- Produktifitas : Pasien hanya menjawab apabila ditanya
- Kontinuitas : Asosiasi Longgar
- Hendaya Berbahasa : tidak ditemukan
2. Isi Pikiran
- Preokupasi : ingin menikah dan mempunyai anak
- Obsesi : tidak ada
- Gangguan Pikiran :
o Waham bizarre:
• Tought of echo : negatif
• Tought insertion : negatif
• Tought broadcasting : negatif
• Tought withdrawl : negatif
• Waham magic mistik : negatif
o Waham non bizarre:
• Waham curiga : positif
• Waham kebesaran : negatif
• Waham kejar : negatif
• Waham cemburu : negatif
• Waham dosa/bersalah : negatif/ negatif
• Waham tersangkut:
Idea of persecution : negatif
Idea of reference : positif
Idea of influence : negatif
• Waham nihilistic : negatif
1. Bentuk Pikir
Non realistik, sirkumstansial (+)

F . Pengendalian Impuls
Pasien kurang dapat mengendalikan diri
G . Daya Nilai
- Norma Sosial : Pasien mengamuk, merusak alat rumah tangga dan mengancam akan membunuh ayah dan anak-anak kakak
- Uji Daya Nilai : terganggu
- Penilaian Realitas : terganggu

H . Persepsi (tanggapan) pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien ingin menikah.dan mempunyai anak
I . Tilikan (insight) :
I: pasien tidak sadar bahwa dirinya sakit
J . Taraf dapat dipercaya
Kurang dapat dipercaya





IV. IKHTISAR PENEMUAN YANG BERMAKNA

• Tingkah laku : hiperaktif
• Roman muka : sedikit mimik
• Mood : disforik
• Afek : tumpul
• Keserasian : inappropriate
• Empati : dapat ditarik, dapat dicantum
• Orientasi tempat : buruk
• Gangguan persepsi : halusinasi visual dan auditorik, depersonalisasi
• Arus pikiran : asosiasi longgar
• Isi pikiran : waham curiga, idea of reference
• Bentuk pikiran : non realistic, circumstansial
• Tilikan : I

Sindrom skizofrenia yang didapat:

- Asosiasi longgar
- Afek tumpul
- Waham curiga
- Halusinasi visual
- Halusinasi auditorik
- Idea of reference


V. DIAGNOSIS BANDING
1. Skizofrenia Tak Terinci (F 20.3)
2. Skizofrenia Paranoid (F 20.0)
3. Skizofrenia Residual (F20.5)

VI. PEMBAHASAN
1. Skizofrenia tak terinci (F20.3)
No Kriteria diagnostic Pada pasien
1.

2.


3. Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia
Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik;
Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia Terpenuhi

Terpenuhi


Terpenuhi


2. Skizofrenia Paranoid (F 20.0)
No. Kriteria Diagnosis Pada Pasien
1.
2. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan:
• Halusinasi dan atau waham harus menonjol;
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit (whistling), mendengung (humming) atau bunyi tawa (laughing);
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delution of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau” passivity” (delusion of passivity) dan keyakinan dikejar-kejar yang beranekaragam, adalah yang paling khas;
• Gangguan Afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol Terpenuhi

Terpenuhi




Tidak Terpenuhi



Tidak Terpenuhi




Tidak Terpenuhi



3. Skizofrenia Residual (F 20.5)
No Kriteria diagnostic Pada pasien
1.




Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua:
a. Gejala negatif dai skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk
b. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia
c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu 1 tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia
d. Tidak terdapat dementia atau penyakit gangguan otak organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut Terpenuhi

Tidak Terpenuhi









Terpenuhi


Terpenuhi





Terpenuhi






VII. DIAGNOSIS KERJA
Aksis I : F 20.3 Schizofrenia tak terinci
Aksis II : F 60.1 Gangguan Kepribadian Skizoid
Aksis III : Tidak ditemukan
Aksis IV : Masalah keluarga dan status belum menikah
Aksis V : GAF 60 – 51 (gejala sedang (moderate), disabilitas sedang

VIII. TERAPI
Farmakoterapi
- Antipsikosis tipikal
 Chlorpromazine 2 x 100mg
 Haloperidol 2 x 5 mg
- Trihexylphenidil 2 x 2 mg

Psikoterapi
1. Terapi perilaku
Rencana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Contohnya: memberikandan latihan ketrampilan, sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Latihan ketrampilan perilaku (behavioral skills training) atau terapi ketrampilan sosial (social skills therapy); seperti pekerjaan rumah tentang ketrampilan yang telah dilakukan. Pada pasien ini sebaiknya tidak bekerja untuk orang lain, tetapi pekerjaan keluarga seperti bertani atau bercocok tanam.
2. Terapi berorientasi keluarga
Terapi keluarga adalah proses pemulihan pada penderita skizofrenia. Terapi keluarga dapat diarahkan untuk berstrategi menurunkan stress dan mengatasi masalah dan pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas. Edukasi kepada keluarga untuk lebih memaklumi kondisi pasien sehingga tidak terlalu memberikan beban pikiran terhadap pasien, berlaku baik dan tidak kasar ataupun keras. Tiap anggota keluarga harus menunjukkan kasih sayang mereka kepada pasien, agar pasien tidak merasa sendiri dan dikucilkan. Pada pasien ini, keluarga memberi dukungan dengan mengurangi konflik dengan pasien. Keluarga juga sebaiknya terus memberi support dan meyakinkan pasien, walaupun belum mendapat jodoh, pasien masih mempunyai keluarga yang terus menyayanginya dan agar pasrah kepada Tuhan dan terus berdoa.

IX. PROGNOSIS
No. Kriteria Baik Buruk
1.
2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.

9.

Perjalanan penyakit kronis
Onset <25 tahun: Ya
Faktor kepribadian premorbid: kepribadian skizoid
Faktor Psikososial: Ada
Faktor Organik: Tidak ada
Pola keluarga yang sakit serupa: tidak ada
Mendapat pertolongan medis <6 bulan setelah onset: Tidak
Pengobatan: Tidak mau minum obat
Gejala negatif: Ada




+


+ +
+
+

+

+



+

+

Kesimpulan: Dubia ad malam

No comments:

Post a Comment